Sierra dan Nuke sedang berdiri di depan cermin kedua wanita itu sudah memakai gaun yang akan mereka pakai ke acara reuni sekolah mereka. Sierra memakai gaun hitam dengan aksen bordiran bunga di bagian bawahnya. Ia memoleskan kosmetik ke wajahnya. Nuke tengah sibuk menyisir rambutnya yang tadi ia semprotkan minyak wangi dengan aroma mawar.
"Lo yakin Ra cewek itu tunangannya Ammar," ucap Nuke wajahnya meringis ketika sisir menyangkut di rambutnya yang kusut.
Sierra menghela napasnya. "Dia sih bilang kaya gitu."
"Alah jangan percaya Ra. Paling juga tuh cewek yang naksir sama Ammar sementara Ammarnya enggak. Makannya dia bilang kaya gitu ke lo supaya lo mundur dan dia bisa dapetin Ammar dengan Mudah. Pokoknya Ra lo gak boleh mundur lo harus bisa dapetin Ammar."
Sierra sedikit berputar untuk melihat bagian belakang gaun hitamnya. "Dapetin Ammar? Kenapa juga gue harus dapetin dia."
Nuke menarik sisirnya dengan kuat karena tersangkut pada rambutnya yang kusut. "Sierra, lo harus jujur sama persaan lo. Lo cintakan sama Ammar."
Kening Sierra menyerengit. "Apa! Suka sama dia. Gak mungkin, itu gak mungkin banget. Lagian kok lo tau-tauan kalau gue suka sama dia. Gue aja gak tau kalau gue suka sama tuh cowok."
Nuke mendecakan lidahnya. Ia menghadap Sierra yang berdiri di sampingnya. "Coba deh lo pikir sekarang ada dua cowok. Yang pertama teman SMA sekaligus cinta pertama lo, yang kedua Mr.Rain yang puisi-puisinya selalu buat senyum-senyum sendiri. Coba lo tanya sama diri lo sendiri, dari kedua cowok itu mana yang paling buat perasaan lo jadi gak tenang, resah, kangen, selalu kepikiran dia."
Sierra terdiam pikirannya melayang membayangkan kedua laki-laki yang saat ini ada di hidupnya. Ammar dan Rayyan dari kedua pria itu mana yang paling membuat Sierra selalu resah dan rindu. Gadis itu lalu berjalan menuju jendela kamarnya yang terbuka. Matanya menatap nanar keluar memperhatikan jalanan depan rumahnya yang sepi.
Saat ini dibandingkan dengan Rayyan, Ammar lebih mendominasi di pikirannya Sierra. Ia teringat akan pertama kali dirinya bertemu Ammar. Ia juga teringat ketika pertama kali melihat senyum laki-laki itu. kenangan-kenangan itu membuat hati Sierra jadi berdegub tak beraturan. Lamunannya terhenti ketika ia mendengar suara klakson mobil dari depan rumahnya.
Rayyan keluar dari rumahnya. Laki-laki itu menggunakan kemeja putih dengan aksen garis hitam panjang di bagian dadanya. Ia berjalan menuju mobil Rayyan yang berada di depan rumah Sierra. Ammar berdiri di depan kap mobil dan bersandar dengan penuh gaya.
"Tunangan kamu gak di ajak?" kata Rayyan.
"Dia bukan tunangan saya. Udahlah tam perlu bahas dia."
Tiga menit kemudian kedua gadis yang mereka tunggu keluar dari sarangnya. Sierra berjalan perlahan ia menatap kedua laki-laki yang sedang berdiri di depan mobil. Oh tidak kedua laki-laki itu tersenyum padanya. Ia melihat Ammar lalu sesaat kemudian ia melihat Rayyan. Gadis itu terus berjalan hingga akhirnya ia berhenti tepat di depan kedua pria itu.
"You so beautiful," ucap Ammar ia lalu menarik tangan Sierra dan membukakan pintu bagian belakang. Nuke dan Rayyan duduk di depan. Rayyan lalu menghidupkan mesin mobilnya dan langsung pergi dari sana.
Adhi terlihat sedang mengobrol dengan teman-teman lamanya. Ia harus mengencangkan sedikit suaranya karena seorang DJ sedang meremix lagu dan memutarkannya di ruang yang ramai oleh orang. Adhi menyesap minuman dengan warna hijau. Ia berjalan di antara orang-orang yang sedang asik menggerakan tubuhnya mengikuti alunan musik.
Adhi mengangkat satu tangannya ketika melihat teman-temannya datang. "Akhirnya kalian datang juga. Kalau mau makan minum ambil aja sendiri ya, semuanya gratis."
"Kaya lo aja yang nyiapin semuanya." Nuke mengambil minuman di tangan Adhi.
"Ammar?"
"Loh inikan Ammar."