ME (menemukanmu. Menangisimu. Mencintaimu)

Frasyahira
Chapter #23

DUA PULUH TIGA

Nuke mengetuk-ngetuk pintu kamar Sierra yang ada di lantai dua. Sudah lima belas menit Nuke berdiri di depan pintu kamar Nuke. Ia meminta maaf karena dulu di sekolah dirinya memberitahukan Rayyan soal perasaan Sierra.

"Sierra sayang ayo dong keluar. Iya gue tau gue salah tapikan maksud gue baik. Gue ngasih tahu supaya si Rayyan nembak lo. Ya meskipun nyatanya enggak sih. Tapi gue pikir waktu itu dia juga suka sama lo makannya gue kasih tau dia." Nuke kembali mengetuk-ngetuk pintu kamar Sierra.

Gadis itu sebenarnya mendengar apa yang di katakan sahabatnya tapi dirinya masih kesal. Sierra menyilangkan kedua tangannya dan terduduk sambil bersandar di atas kasurnya.

"Ra, Sierra, ya udah kalau gitu gue pulang ya." Baru mau menuruni anak tangga pintu kamar Sierra terbuka. Nuke menyeringai ia tahu betul sifat Sierra yang tidak bisa marah terlalu lama. Gadis itu masuk kedalam kamar dan melihat Sierra melipat tangannya dengan wajah yang cemberut.

"Gue tuh malu tau. Itu artinya selama kelas dua belas dia tuh tahu kalau gue suka sama dia. Pantesan aja setiap kali ngeliat gue dia suka senyum-senyum gitu. Gue pikir dia suka sama gue tapi kayanya dia senyum-senyum karena merasa dirinya ganteng kali ya."

"Ra. Dia gak kaya gitu. Waktu gue kasih tau lo suka sama dia, Rayyan keliatan seneng tapi ya itu tadi anehnya kenapa dia gak pernah nembak lo ya. Padahal gue yakin banget kalau dia juga sama lo. Mendingan lo sekarang ketemuan deh sama dia, tanya perasaan dia sebenernya ke lo tuh kaya gimana."

"Ketemu sama Rayyan! Aduh enggak deh gue malu, malu semalu-malunya."

"Yaelah Ra. Lo kaya anak abg aja pake malu segala. Sekarang atau nanti toh pada akhirnya lo sama dia pasti bakalan ketemu sama dia juga."

Sierra menghela napasnya wajahnya yang oval terlihat lesu.

*****

Di lokasi syuting Ammar terlihat sedang menghapal dialog yang akan ia perankan. Di sampingnya Rayyan terlihat sedang mengobrol bersama dengan seorang kru film. Ponsel Rayyan bergetar ada panggilan masuk ia melihat ada nama Sierra di layar ponselnya.

"Iya Ra, kapan... bisa... ok ..." ia lalu menutup teleponnya.

"Sierra?" kata Ammar.

Rayyan meangguk.

"Apa katanya? Dia nanyain saya?"

Rayyan menggeleng. "Dia ngajak ketemua di kafe Partikel Coffee."

"Ok! Aku ikut," ucapnya dengan santai tanpa bertanya terlebih dahulu apakah dirinya boleh ikut atau tidak.

"Mar ayo scene empat lima," ajak seorang kru film yang memegang naskah tebal.

*****

Lihat selengkapnya