ME (menemukanmu. Menangisimu. Mencintaimu)

Frasyahira
Chapter #26

DUA PULUH ENAM (Ending)

Sierra duduk di dekat jendela. Wanita itu melihat langit di luar ada kumpulan awan kumulonimbus yang menutupi langit kota. Awan-awan hitam yang bergelombang perlahan berkumpul menjadi satu seolah sedang mengumpulkan kekuatan untuk menurunkan hujan yang sangat deras di kota ini.

Gadis itu turun di sebuah halte kecil ia lalu berjalan menuju kafe yang berada tepat di depan gedung Gelora fm. Semilir angin menerbangkan dedaunan yang kering. Helaian rambut Sierra melambai-lambai ia harus menutup sedikit matanya karena ada debu yang berterbangan di dekatnya. Ia lalu masuk kedalam kafe dan menemui dua sahabatnya. Oh tidak! Sepertinya kini sahabatnya bertambah satu karena ada Rayyan juga di sana.

Ini adalah bulan ke lima Gadis itu hidup tanpa ada Ammar di dekatnya. Ia sudah mulai terbisa dan kembali hidup normal tanpa ada kesedihan sedikitpun. 

"Anginnya kenceng banget kayanya mau hujan deh," ucap Sierra duduk di samping Adhi.

"Bagus dong kan lo suka sama hujan," kata Adhi.

"Suka sama hujan atau suka sama orang yang suka sama hujan," ucap Nuke yang duduk di samping Rayyan.

"Mm... gue lebih suka kalau menikmati hujan berdua sama orang yang juga suka sama hujan."

"So sweet banget sih." Lalu Nuke menatap Rayyan. "Tuh! Seharusnya gitu so sweet."

"Kalau lo mau gue so sweet gue bisa kok itu sih gampang," kata Rayyan merasa tertantang.

Adhi menyenggol lengan Sierra lalu menaikan satu alisnya. Gadis itu mengerti dengan kode sahabatnya itu. Ia juga merasa sepertinya Nuke dan Rayyan terlihat serasi jangan-jangan mereka saling jatuh cinta, entahlah Sierra hanya tersenyum sambil memperhatikan kedua orang yang ada di depannya.

"Kantor yuk sebentar lagi lo kan siaran." kata Adhi.

Sierra buru-buru meminum jus buah naganya. "Ke, Yan gue duluan ya. Oh ya Ke, tar lo pulang sama siapa?"

"Nuke biar gue yang anter," ucap Rayyan.

Sierra dan Adhi saling tatap mereka berdua benar-benar yakin kalau kedua orang itu sepertinya sedang menyimpan sebuah perasaan yang dalam. 

"Di anterin pulang ya. Jangan di apa-apain," kata Adhi sambil berjalan pergi.

"Iya! gak bakalan gue apa-apain paling cuma gue tembak."

Nuke menatap Rayyan dengan kaget namun dirinya sambil tersenyum. "Apaan sih," ucapnya lalu mencubit Rayyan namun laki-laki itu bukannya kesakitan malah tertawa karena geli.

Benar saja hujan turun dengan lebat aroma aspal yang basah langsung menyeruak. Untungnya sierra sudah duduk di ruang siaran. Satu menit lagi menuju on air acara puisi pengantar tidur. Ia masih sempat minum air mineral yang ada di botol. Gadis itu lalu membuka program radio yang di pandunya.

Setiap kali selesai membacakan sebuah puisi Sierra pasti langsung memutarkan sebuah lagu slow yang sangat cocok di dengarkan ketika menjelang tidur. Sudah dua jam lebih ia memandu acara itu dan ada empat puisi yang tadi ia bacakan. Sierra merenggangkan tubuhnya kini ia harus membaca puisi terakhir.

"Ok deh sekarang waktunya Sierra bacakan puisi terakhir yang di kirimkan oleh pendengar setia kita yaitu." Mata gadis itu terbuka lebar ia melihat nama di bagian bawah puisi yang masuk melalui email radio. "Mr.Rain," ucapnya.

Gadis itu masih tertegun apa betul puisi itu di kirimkan oleh Mr.Rain alias Ammar. Ia menyadarkan dirinya sendiri gadis itu berusaha mengendalikan diri. Ia harus tetap tenang jangan panik. Sierra menarik napasnya lalu mulai membaca puisi itu.

RASA

Burung besi telah mendarat di tanah asing.

Hujan menyambut dengan aroma basah yang menyeruak.

Dingin... aku dingin karena seorang diri.

Karena itu aku kembali.

Karena aku bosan seorang diri.

Aroma kopi di dapur menemaniku saat hujan.

Hangat ketika air hitam itu kuminum.

Lalu aku tersadar, aku masih sendiri.

Lolongan anjing yang seharusnya menemaniku tidak terdengar.

Lihat selengkapnya