Semua orang punya masalah, termasuk mereka
yang dari luar tampak begitu tenang.
****
Orang-orang mengatakan, hidup Aiden begitu nyaman. Tidak ada permasalahan berarti yang perlu dia pikirkan. Tak ada sedikit pun gangguan. Apa pun yang dia inginkan mudah untuk didapatkan. Anggapan itu malah membuat dirinya terbebani, karena mereka tidak tahu dan tidak melihat hidupnya secara keseluruhan.
Dia tidak sesempurna itu.
Aiden menyempatkan diri untuk menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Akhir-akhir ini, dia semakin merasa penat. Dia merasa sikap tenang yang biasa ditunjukkannya itu bisa buyar sewaktuwaktu.
Dia pun masuk ke rumah setelah yakin dirinya benar-benar terlihat tenang.
“Udah pulang, Sayang?”
Aiden menoleh. “Iya, Ma.” Dia mendekati wanita yang tengah sibuk menata bunga di pot itu. Akhir-akhir ini, mamanya menyukai kegiatan seperti itu. Katanya sih, asyik. Tapi, di mata Aiden sangat membosankan.
Dia berdiri di samping mamanya tanpa bicara.
“Kamu enggak mau nanya apa gitu, ke Mama?”
“Mau nanya apa?” Aiden mengernyit tak mengerti.
Dia tidak punya pertanyaan apa pun. Jadi, buat apa bertanya?
“Kamu tuh, ya!” Mama Aiden menaruh beberapa
tangkai bunga—mawar, krisan—di atas meja, lalu menoleh ke arah putranya dengan kesal. “Sama pacarmu pasti ada aja yang diomongin, sama Mama kok, kayak gini? Kamu berubah, ya?”