Aku menghela nafas panjang sembari menyenderkan punggung pada dinding yang berada di belakangku. Entahlah nafas terasa begitu berat. Berulang kali aku melihat jam tangan berwarna navy yang melingkar indah di tangan kiriku. Dan aku merasa detak waktu terasa sangat lambat. Waktu menunjukkan pukul 12:21 PM.
Sudah saatnya. Batinku.
Rasa kesal mulai terasa karena seseorang yang aku tunggu tidak menampakkan batang hidungnya sekalipun.Aku mulai menyibukkan diri dengan memainkan ponsel. Namun, dengan menyibukkan diri seperti itu tidak ada gunanya bagiku.
Tidak ada notifikasi
Tiga kata yang membuatku terbiasa dengan keadaan seperti ini. Begitu tidak pentingkah diriku? Seorang pria yang tengah membaca buku sambil tersenyum membuat perhatianku teralihkan. Tampan. Kesan pertamaku melihatnya. Senyuman yang masih terbingkai tersebut masih aku tatap. Rasanya aku berlama-lama disini pun tidak masalah. Lengkungan tipis dan sorot mata yang hangat dan seluruh wajah yang nampak ceria ini menghipnotisku tiba-tiba. Hingga lupa apa yang sedang aku lakukan disini?
"Bella!!" Aku mengedipkan mata saat seseorang memanggil namaku. Lamunanku tentang pria tersebut hilang begitu saja. Aku hanya mengabaikannya lebih tepatnya tidak peduli. Marah dan kesal berkecamuk menjadi satu. Siapa suruh dia membuatku menunggu tanpa ada kabar? Kini aku hanya ingin menikmati senyum pria tampan lewat balik kaca.
Bisa saja aku jatuh cinta pada pria yang tengah membaca buku di cafe ini. Aku hanya melihatnya dari balik kaca lalu tersenyum melihatnya tersenyum pula. Rasanya aku pun bahagia melihatnya tersenyum tanpa beban seperti itu.
Mungkin sudah cukup waktunya bagiku untuk berhenti berharap pada orang yang sama. Jatuh cinta pada orang yang baru juga membuatku mampu melupakan seseorang tersebut. Namun, jika aku tidak bertemu denganya lagi dalam jangka waktu yang lama. Aku bisa melupakannya. Atau bahkan aku lupa pernah mecintai seseorang tersebut. Dan anehnya, aku bisa mencintainya kembali jika aku bertemu denganya lagi. Mungkin ini sebuah alasan mengapa hingga kini aku bisa mencintai dia selama itu.
Entah kenapa, mudah sekali bagiku untuk jatuh cinta. Namun, sangat sulit bagiku untuk melupakan seseorang yang sudah membuatku jatuh cinta terlebih dahulu. Dia Jingga. Aku jatuh cinta dengannya selama 11 tahun terakhir ini. Dia sahabatku namun dia tak pernah sekalipun menunjukkan balasan perasaanku terhadapnya. Mungkin sudah takdirku untuk menjadi sahabatnya. Bukan seseorang yang mengharapkan lebih dari ini.
"Bellek!" Panggilan itu membuatku semakin kesal padanya. Dia selalu memanggilku seperti itu. Dari awal aku bertemu dan berkenalan dengannya. Dia memanggil nama "Bellek" ketimbang Bella. Aku menyesal, seharusnya sedari dulu saat aku memperkenalkan diriku padanya aku memakai nama tengahku. Rahma.
Jadi nama kamu siapa? Tanya seorang anak kecil padaku. Hanya dengan memakai celana berwarna navy dengan kemeja pendek berwarna putih tersebut dia terlihat sangat menggemaskan. Aku pun tersenyum melihatnya. Tanpa berpikir panjang aku langsung membalas jabat tangan dengannya. Tangan yang hangat. Aku menyukainya.
Bella Rahma Aulia. Jawabku. Dia tersenyum saat mendengar namaku.
Ohhh Bellek. Gumamnya. Suara itu memang kecil namun tetap terdengar olehku. Aku pun melepaskan jabatan tangannya.