Me Vs Me

ani__sie
Chapter #2

2. Dua mimpi besarku

Hujan masih terus mengguyur kampungku hingga dini hari. Membuat rasa dingin semakin terasa menusuk.

Di malam yang dingin itu aku pun terbangun karena terasa ingin buang air kecil. Aku mendudukkan tubuhku yang terasa belum sadar sepenuhnya. Mengerjapkan kedua mataku sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada di dapur.

Setelah selesai dari kamar mandi, aku semakin merasakan hawa dingin yang menusuk ke dalam tubuhku. Hujan sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

"Hmm... dinginnya," gumamku sambil mengusap lengan kiriku.

Namun, bukannya aku segera masuk ke kamarku lagi, aku justru berjalan ke arah kamar ibu dan secara perlahan membuka pintu kamarnya.

Kepalaku yang sedikit menyembul ke dalam menemukan ibu yang sedang solat di sana. Aku pun spontan tersenyum. Itu sudah menjadi kebiasaan ibu. Udara dingin tak membuatnya terlena bergumul di dalam selimut dan melupakan kebiasaannya.

Sekali lagi ibuku sangat luar biasa.

Ibu pernah bilang, bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan sebentar dan kehidupan yang sebenarnya adalah kelak di akhirat.

Ibu pernah bilang padaku, bahwa ibu ingin selalu berkumpul bersamaku bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat. Dan saat itu ibuku sampai menangis karena merasa sedih dan tidak yakin akan berkumpul bersama anak-anaknya kelak di akhirat karena ibu merasa dirinya adalah manusia berlumur dosa yang tak pantas masuk surga.

Saat itu aku tersentak. Menangis sendiri di dalam kamar.

Sebelumnya aku tak pernah berpikir sejauh itu. Dan ibu benar, jika aku hanya bersamanya di dunia ini, itu berarti kebersamaanku dengan ibu hanyalah sebentar. Dan sungguh aku tidak ingin seperti itu.

Aku juga ingin bersamanya di surga kelak.

Keinginan yang membuatku yang kini berusia dua puluh tahun bertekad untuk lebih keras dalam meraih mimpiku untuk menjadi seorang hafidzah.

Yang ku tahu salah satu keutamaan seorang penghafal Al-qur'an adalah dia bisa membawa sepuluh anggota keluarganya masuk surga.

Aku ingin menjadi orang baik dan menjadi seorang hafidzah dan berada di surga bersama Ibu, Ayah dan juga kakak-kakakku.

Sekarang aku benar-benar sadar, bahwa ternyata aku memiliki mimpi yang sangat besar. Dua mimpi yang ingin aku wujudkan dan membuat bahagia keeuargaku di dunia dan juga di akhirat kelak.

Menjadi penulis dan juga seorang hafidzah. Mimpi yang kini akan menjadi prioritas terpenting dalam hidupku.

"Tuhan, apakah aku begitu serakah dengan memimpikan kedua mimpi itu?" ucapku dalam doaku setelah aku menyelesaikan solat tahajudku.

Lihat selengkapnya