Me Vs Me

ani__sie
Chapter #9

9. Menjauh dari mimpiku

Pada awalnya duniaku masih berjalan normal-normal saja. Selain rutinitasku sehari-hari, duniaku masih berputar pada mimpi-mimpiku yang terus ku kejar secara perlahan-lahan. Dengan cara yang ku bisa.

Terus murojaah dan menghafal secara kontinyu demi meraih mimpiku menjadi hafidzah.

Terus menulis secara kontinyu juga agar tulisanku terus berkembang hingga menghasilkan cerita yang bagus dan aku menjadi penulis novel hebat dan terkenal.

Meski pun di sela-sela itu semua aku selalu menyempatkan untuk menonton Kdrama yang sekarang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hariku.

Apakah kalian tahu, meski sulit dan melelahkan aku bahagia bisa terus berjalan walau sekecil apa pun dalam mengejar impianku. Sangat bahagia dan bersyukur.

***

Setelah menunggu selama beberapa bulan akhirnya datang juga. Hari pengumuman kompetisi yang ku ikuti.

Aku sangat antusias sekaligus gugup membuka aplikasi menulis tersebut. Aku perlahan membuka halaman kompetisi. Rasa antusiasku berubah menjadi rasa gugup yang serasa tak terkendali.

Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Jariku mulai menscroll ke bawah.

Aku benar-benar sangat berharap.

Tapi sampul-sampul di bawah halaman tersebut membuat mimik wajahku berubah sendu. Harapanku pupus. Tidak ada sampul novelku di halaman tersebut. Aku kalah dan benar-benar merasa sedih.

Aluna, kau harus tetap semangat. Ini bukanlah akhir. Lagipula ini pertama kalinya kau mengikuti kompetisi menulis kan, jika mencapai mimpi semudah itu, berarti impian bukanlah suatu hal yang berharga. Jadi tetaplah semangat! Batinku berusaha menyemangati diri sendiri dengan satu tangan menghapus setitik air mata yang tanpa kusadari menetes.

Aku kemudian menghela nafas dalam, berusaha kuat dan menghilangkan kesedihan.

Namun meski pun aku berusaha kuat pada akhirnya aku gagal. Perasaan itu pada akhirnya tetap saja mempengaruhi hari-hariku.

Walau aku tidak meninggalkan rutinitas keseharianku seperti membuat kue dan berkeliling menjualnya, namun aku tidak bersemangat saat membuat dan berkeliling kampung menjajakkannya.

Wajahku lesu dan selalu diam saat membuat kue. Ibu yang membantuku pun seperti ku cueki.

Begitu pula saat berkeliling kampung menjualnya. Aku tidak banyak berseru dan lebih banyak diam dan terus berjalan. Hanya berhenti jika ada orang yang melihat dan memaggilku.

Aku benar-benar tidak bisa mengatasi perasaanku untuk saat itu.

Di rumah pun sama, lebih banyak menghabiskan waktu di kamar karena tidak mood untuk kumpul-kumpul bersama keluarga.

Lebih parahnya aku bahkan meninggalkan rutinitasku menulis, murojaah dan menghafal. Aku hanya menyibukkan diri menonton Kdrama dan hal-hal yang berbau Korea saat di rumah.

Awal kesulitanku dimulai.

***

Seminggu berlalu. Rasa sedihku sudah pudar dan nyaris hilang. Aku sudah menerima kegagalan itu. Tapi kebiasanku akhirnya berubah.

Aku sungguh terpikat dengan dunia baruku hingga aku melupakan tujuan utamaku.

Hari-hariku kini banyak berada di depan layar hp. Bukan untuk menulis melainkan menonton Kdrama melalui aplikasi. Menghabiskan waktuku berjam-jam.

Selain itu aku juga lebih sering membuka lebih banyak media sosial seperti instagram dan tiktok demi mencari update aktor aktris yang sedang ku sukai. Menghabiskan waktuku. Membuatku lupa menulis dan menghafal.

Aku juga jadi jadi lebih sering begadang hanya untuk menonton Kdrama. Membuatku akhirnya meninggalkan tahajudku yang sudah rutin kujalankan selama ini.

Duha ku pun terlewat karena lebih memilih membuka media sosial untuk menonton potongan-potongan Kdrama dan mencari berita tentang artis-artis Korea.

***

Azan subuh berkumandang. Aku bangun dari posisi tidurku. Mengucek mataku pelan. Mengumpulkan kesadaranku sebelum beranjak keluar kamar untuk berwudu di dapur.

Setelah menyelsesaikan solat subuh aku kembali berbaring. Rasa malasku yang tidak bisa ku tahan membuatku tidak murojaah yang biasanya rutin ku lakukan setelah solat subuh.

Keseharianku sudah mulai berubah.

Pukul tujuh pagi, nasi goreng satu nampan berada tepat di hadapanku. Di atasnya ada telor, tempe dan juga ikan asin.

Aku, dua keponakanku dan juga kakakku duduk melingkar menghadap ke arah nampan.

Nasi goreng buat ibu dipisah sendiri di piring kecil. Katanya ibu tidak bisa kalo makan jauh-jauh, selalu tumpah-tumpah. Jadi kami mengerti.

Kami sarapan di depan rumah kakakku. Satu gelas kopi good day tersedia.

"Ayo cepat dimakan." Suruh kakakku.

Lihat selengkapnya