Me Vs Me

ani__sie
Chapter #10

10. Racun yang tak ku sadari

"Aluna......" seruan kakakku terdengar nyaring dari kamarku.

"Ih, apa sih," gumamku sendiri yang sedang tiduran di dalam kamar.

Teriakan itu berulang, terdengar lebih nyaring dari kamarku.

"Iya....." balasku juga berteriak dari dalam kamar. Teriakan itu sepertinya berasal dari luar di depan rumah kakakku.

Sepertinya kakakku mendengar teriakanku, karena itulah dia tidak memanggilku lagi.

Aku buru-buru keluar. Aku yakin jika tidak keluar panggilan dari kakakku akan kembali terdengar. Bahkan akan lebih nyaring.

"Apa sih?" Keluhku saat sudah keluar.

"Apa sih? Orang mah keluar, jangan di kamar terus. Kalau keluar mah ada makanan di makan bareng-bareng," oceh kakakku.

Aku diam tidak menjawab. Dan ku lihat di sana ada dua bungkus pecel.

Dua hari itu aku memang selalu di kamar dan tidak keluar rumah kecuali untuk berjualan.

Aku memang introvet dan lebih nyaman menyendiri, namun aku sadar beberapa hari ini berdiam diriku di kamar bukan karena sifat introvetku melainkan karena aku akhir-akhir ini lebih suka menonton drama dan bermain media sosial. Aku seolah tidak bisa meninggalkan kegiatan itu. Hatiku seakan tidak rela menghentikannya. Hatiku sudah benar-benar terikat dan mencintai kegiatan itu. Ah, meski sebenarnya aku merasa lelah sendiri.

Aku menghela nafas pelan saat makan pecel bersama kakakku.

Kebersamaanku dengan keluargaku banyak hilang karena kebiasaan burukku itu.

"Aluna, ayolah kau tidak boleh seperti ini terus," ujarku sendiri lelah saat aku terus bermain media sosial, saat aku menghentikan sejenak jariku dari menscroll di media sosial. Menghela nafas dalam. Lelah sambil menatap langit-langit kamar.

Aku selalu bilang hari ini yang terakhir, tapi kenyataannya keesokan harinya aku melakukannya lagi. Terbenam dalam dunia baruku itu yang melupakanku pada kedua impianku.

Hari ini yang terakhir.

Hari ini yang terakhir.

Hari ini yang terakhir. Aku selalu berjanji pada diriku sendiri setiap aku bermain media sosial atau pun menonton drama.

Sebuah janji yang pada akhirnya seperti nyanyian yang tak pernah usai. Pada akhirnya aku selalu kalah oleh kemalasanku. Mengulangi lagi dan lagi.

Waktu tidak terasa, berlalu begitu saja dengan cepat. Melaju seperti peluru. Tapi aku masih tetap di tempat.

Rasanya hatiku ini ingin sekali menangis. Aku menyia-nyiakan waktu yang berharga selama ini. Tiga tahun, aku menjalani hariku dengan percuma.

Yang menyakitkan adalah meski aku menyadari, tapi aku tidak berdaya.

Hari ini yang terakhir, tetap menjadi nyanyian yang tak pernah usai. Menjadi saksi ketidakberdayaanku dalam melawan kemalasan selama tiga tahun itu.

Harapanku, impianku, semuanya berantakan.

***

Aku tahu aku bodoh. Tapi bagaimana lagi, aku sungguh-sungguh tidak berdaya. Tidak bisa melepaskan diri dari belenggu kuat rasa malas itu.

Kini, justru aku semakin menggila dengan kemalasanku.

"Ayolah Aluna kau harus berhenti," gumamku setelah menghela nafas saat istirahat sejenak dari bermain media sosial.

Tapi nyatanya aku tidak bisa bahkan setelah aku mengatakan itu aku kembali bermain media sosial. Mencari info terbaru tentang aktris kesukaanku.

Aku yang menyadari kesalahanku namun tidak berdaya menelungkupkan wajahku di atas kasur setelah beberapa jam bermain media sosial.

Nafasku terengah-engah karena merasa lelah sendiri. Meringis dengan nada penuh tekanan. Frustasi tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Ya Allah, tolong hamba," gumamku lirih dengan rasa lelah yang membuncah.

Tapi hari-hariku masih tetap tidak berubah.

Aku terkadang memukul kepalaku dengan kedua tanganku sambil menjerit namun tak bersuara setelah menonton drama.

"Ayolah Aluna, berjanjilah pada dirimu sendiri, hari ini harus benar-benar yang terakhir."

Tapi aku tetap mengingkari janji itu.

"Aluna, kau harus menepati janjimu! Tepatilah janjimu," ujarku sendiri sambil meringis meremas rambutku dengan kedua tanganku sesaat setelah membuka dan bermain media sosial.

Aku menunduk dalam-dalam. Menghela nafas panjang.

Tetap saja aku tidak bisa menepati janjiku itu.

Hari-hariku terus tenggelam bersama kemalasanku.

Lihat selengkapnya