"Aluna......" seruan kakakku terdengar nyaring dari kamarku.
"Ih, apa sih," gumamku sendiri yang sedang tiduran di dalam kamar.
Teriakan itu berulang, terdengar lebih nyaring dari kamarku.
"Iya....." balasku juga berteriak dari dalam kamar. Teriakan itu sepertinya berasal dari luar di depan rumah kakakku.
Sepertinya kakakku mendengar teriakanku, karena itulah dia tidak memanggilku lagi.
Aku buru-buru keluar. Aku yakin jika tidak keluar panggilan dari kakakku akan kembali terdengar. Bahkan akan lebih nyaring.
"Apa sih?" Keluhku saat sudah keluar.
"Apa sih? Orang mah keluar, jangan di kamar terus. Kalau keluar mah ada makanan di makan bareng-bareng," oceh kakakku.
Aku diam tidak menjawab. Dan ku lihat di sana ada dua bungkus pecel.
Dua hari itu aku memang selalu di kamar dan tidak keluar rumah kecuali untuk berjualan.
Aku memang introvet dan lebih nyaman menyendiri, namun aku sadar sekarang-sekarang ini berdiam diriku di kamar bukan karena sifat introvetku melainkan karena aku akhir-akhir ini lebih suka menonton drama dan bermain media sosial. Aku seolah tidak bisa meninggalkan kegiatan itu. Hatiku seakan tidak rela menghentikannya. Hatiku sudah benar-benar terikat dan mencintai kegiatan itu. Ah, meski sebenarnya aku merasa lelah sendiri.
Aku menghela nafas pelan saat makan pecel bersama kakakku.
Kebersamaanku dengan keluargaku banyak hilang karena kebiasaan burukku itu.
"Aluna, ayolah kau tidak boleh seperti ini terus," ujarku sendiri lelah saat aku terus bermain media sosial, saat aku menghentikan sejenak jariku dari menscroll di media sosial. Menghela nafas dalam. Lelah sambil menatap langit-langit kamar.
Aku selalu bilang hari ini yang terakhir, tapi kenyataannya keesokan harinya aku melakukannya lagi. Terbenam dalam dunia baruku itu yang melupakanku pada kedua impianku.
Hari ini yang terakhir. Aku selalu berkata dan berjanji seperti itu pada diriku sendiri pada saat aku bermain media sosial atau pun menonton drama.
Sebuah janji yang pada akhirnya seperti nyanyian yang tak pernah usai. Pada akhirnya aku selalu kalah oleh kemalasanku. Mengulanginya lagi dan lagi.
Waktu tidak terasa, berlalu begitu saja dengan cepat. Melaju seperti peluru. Tapi aku masih tetap di tempat.
Aku menangis sejadi-jadinya di kamarku dengan membekap mulutku agar tidak terdengar dari luar. Aku menyia-nyiakan waktu yang berharga selama ini. Tiga tahun, aku menjalani hariku dengan percuma.
Yang menyakitkan adalah meski aku menyadari, tapi aku tidak berdaya.
Kalimat hari ini yang terakhir, tetap menjadi nyanyian yang tak pernah usai. Menjadi saksi ketidakberdayaanku dalam melawan kemalasan selama tiga tahun itu.
Harapanku, impianku, semuanya berantakan.
***
Aku tahu aku bodoh. Tapi bagaimana lagi, aku sungguh-sungguh tidak berdaya. Tidak bisa melepaskan diri dari belenggu kuat rasa malas itu.
Kini, justru aku semakin menggila dengan kemalasanku.
"Ayolah Aluna kau harus berhenti," gumamku setelah menghela nafas saat istirahat sejenak dari bermain media sosial.
Tapi nyatanya aku tidak bisa bahkan setelah aku mengatakan itu aku kembali bermain media sosial. Mencari info terbaru tentang aktris kesukaanku.
Ini bukan lagi tentang drama, tapi tentang keingintahuan kehidupan sehari-hari aktrisnya. Yang membuatku ingin selalu membuka media sosial di setiap detiknya.
Apalagi hatiku sekarang sedang benar-benar terpengaruh oleh aktris kesukaanku yang namanya tidak sebooming lawan mainnya meski dramanya sedang sangat terkenal di seluruh dunia.
Di saat si aktor mendapatkan banyak cinta hingga banyak menerima tawaran iklan, justru berbanding terbalik dengan aktris yang ku sukai itu yang dari dramanya selesai tidak terdengar beritanya bahwa dia mendapatkan tawaran iklan. Dan itu membuat hatiku sangat sedih.
"Ayolah aku harap ada berita baik. Sedih rasanya melihat lawan mainmu banyak tawaran sedangkan kau tidak," gumamku sendiri saat membuka tiktok dan terus mensecroll, berharap ada berita artis kesukaanku yang mendapat tawaran iklan atau variety show seperti lawan mainnya.
Setelah sekian lama menscroll dan tidak menemukannya, aku kemudian beralih ke ig. Berharap menemukan berita baik di sana. Tapi lagi-lagi aku harus menelan kekecewaan. Kabar baik itu tidak ada.
Setiap saat di waktu luangku aku selalu melakukannya lagi dan lagi. Setiap hari seperti itu. Mencari info aktris kesukaanku.
"Ayolah, hari ini harus ada kabar baik. Aku akan senang jika mendengar ada tawaran dari brand-brand," gumamku lagi di hari berikutnya saat membuka tiktok dan terus menscrollnya.
"Ah, menyedihkan," gumamku lemah saat membaringkan tubuhku setelah melihat media sosial dan tidak ada berita baik tentang aktris faforitku.
Aku yang menyadari kesalahanku namun tidak berdaya menelungkupkan wajahku di atas kasur setelah beberapa jam bermain media sosial.
Nafasku terengah-engah karena merasa lelah sendiri. Meringis dengan nada penuh tekanan. Frustasi tidak tahu harus bagaimana lagi.
"Aluna ayolah, jangan terus mengurusi hidup orang lain. Kau yang menyedihkan. Bukan aktris kesukaanmu itu. Kembalilah ke dunia nyata pada hidupmu." Setelah bergumam aku menghela nafas berat.
"Ya Allah, tolong hamba," gumamku lirih dengan rasa lelah yang membuncah.
Tapi hari-hariku masih tetap tidak berubah.
Aku terkadang memukul kepalaku dengan kedua tanganku sambil menjerit namun tak bersuara setelah menonton drama.
"Ayolah Aluna, berjanjilah pada dirimu sendiri, hari ini harus benar-benar yang terakhir."
Tapi aku tetap mengingkari janji itu.