Me Vs Me

ani__sie
Chapter #18

18. Tubuh yang bereaksi

Sesampainya di rumah dari jakarta, Sela dan Ruka lebih memilih mengekoriku sampai ke kamar di banding pulag ke rumah dan beristirahat.

Mungkin lelah mereka terasa hilang karena rasa penasaran mereka tentang Hafidz.

"Kakak, dia siapa?" tanya Sela saat kami sudah masuk kamarku.

"Bagaimana Kakak bisa mengenalnya?" Ruka menimpali.

"Kakak dia orang mana?"

Mereka terus mengikutiku saat aku menaruh tasku di lemari, juga saat aku mengecas hpku di sudut lain kamarku. Juga saat aku duduk di kasur, mereka dengan cepat ikut naik ke atas dengan berbagai pertanyaannya yang terus mereka lontarkan tanpa henti. Membuatku menarik nafas panjang.

"Cukup-cukup." Aku mengangkat kedua tanganku.

"Bagaimana Kakak bisa menjawabnya kalau kalian saja tidak bisa diam." Mendengar perkataan itu spontan mereka diam. Sunyi senyap.

"Tapi... apa... hubungan Kakak dengan Kakak itu,"

"Hus Sela diam dulu kenapa. Biar Kak Aluna jawab dulu pertanyaan kita yang tadi." Tegur Ruka pada Sela.

"Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang teman," jawabku apa adanya.

"Tapi yang ku lihat tidak seperti itu. Matanya sudah sangat jelas mengatakannya." Ruka tidak percaya.

"Iya, Sela juga bisa melihatnya. Kalau dia suka sama Kakak. Jadi Kakak tidak bisa bohong pada kita," lanjut Sela mendukung kakaknya.

Aku menghela nafas pelan.

"Kalian ini memang sudah dewasa yah."

"Ya iyalah Kak, kita ini bukan anak kecil lagi tahu. Kita sudah bisa membedakannya, kok," jawab Sela mantap. Membuatku sedikit tertawa.

"Baiklah baiklah Kakak akan menjawab yang sebenarnya." Mendengar itu mereka antusias. Spontan langsung diam fokus ke arahku.

"Memang benar dia menyukai Kakak, tapi Kakak hanya menganggapnya teman."

"Aaaaaa......."

Spontan mereka bereaksi bersamaan. Merasa kecewa dengan jawabanku.

"Tidak seharusnya Kakak menolaknya. Kakak harusnya langsung menerimanya saja." Kalimat Sela langsung dibenarkan oleh kakaknya.

"Nah itu bener," jawab Ruka sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi Kakak belum ingin menikah."

"Kalau gitu pacaran aja dulu," jawab Sela yang kemudia bahunya langsung kena geplakan Ruka.

"Aa... sakit Kakak," teriak Sela.

"Ya habisnya kau ini," lanjut Ruka.

"Ah bener. Sela lupa kalau di kamus Kak Aluna gak ada yang namanya pacaran." Sela tampak lesu.

"Maksud Sela sayang aja. Dia terlihat seperti lelaki baik-baik," lanjut Sela dengan volume pelan.

"Tapi Kakak bertemu dengannya di mana?" Ruka melanjutkan pertanyaannya. Dan ku jawab persis seperti cerita dia waktu itu. Bahkan saat dia menemui guruku dan mengutarakan maksudnya.

Semuanya ku ceritakan pada mereka. Kalau tidak aku yakin mereka tidak akan mau pergi dari kamarku.

Dan juga karena ku pikir mereka sudah dapat sepenuhnya mengerti dan dapat dipercaya saat ku bilang ini rahasia.

Bukan karena apa-apa aku merahasiakan ini dari Ibu dan kakakku. Aku hanya menghindari pertanyaan lebih lanjut dari mereka. Atau mungkin dorongan untuk menerimanya di saat aku belum ingin menikah. Itu saja.

Pembicaraan selesai. Setelah mereka mendengar semuanya, mereka dengan suka rela pergi dari kamarku. Tanpa perlu susah payah aku menyuruhnya pergi.

***

Tubuhku yang lelah aku baringkan. Tiba-tiba saja benakku memikirkan apa yang dibilang oleh Sela tadi. Kalimatnya entah kenapa terngiang di kepalaku.

"Kakak sadar tidak, kalau Kak Hafidz itu mirip sekali dengan tokoh Kdrama yang sangat Kakak sukai itu. Di mulai dari wajahnya, gaya rambutnya, gaya pakaiannya, semuanya. Bahkan proporsi badannya juga. Sudah seperti pinang dibelah dua. Mirip tidak ada bedanya."

Saat mengingat ucapan Sela itu tanpa sadar aku tersenyum. Sela benar, aku menyadari itu juga. Aku hanya tidak pernah membicarakannya.

Lihat selengkapnya