Me Vs Story

Cherry Sakura
Chapter #1

Cinder Lynn

“Cinder!!! Hey, Cinder Lynn,” panggil Alice gemas. Tangannya terus mengguncang bahu Cinder dengan keras. Kelas baru saja akan dimulai dan Cinder justru jatuh tertidur dengan wajah yang tidak elegant sama sekali. Alice menggelengkan kepalanya tidak percaya. Bisa-bisanya nona muda seperti Cinder tertidur dengan iler di sudut bibirnya. Pelajaran tata krama ala putri benar-benar tidak ada gunanya untuk Cinder.

“Ayo, bangun! Bel masuk sudah berbunyi,” kata Alice sambil menarik pipi Cinder yang kalau tertidur kadang suka mengalahkan rekor Sleeping Beauty. 

Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna, Cinder mengerjapkan matanya. Cinder bangkit dari posisi tidurnya yang berhasil membuat punggungnya sakit lalu dengan tanpa dosa Cinder mengelap bekas iler di sudut bibir dengan tangan telanjang tanpa sapu tangan ataupun tisu. Alice kembali menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Berharap Cinder bersikap anggun seperti keturunan para putri itu memang tidak mungkin. Gaya elegant dan Cinder adalah dua hal yang tidak mungkin bisa bersatu.

“Sudah bel masuk, ya?” kata Cinder setengah mengigau. Matanya masih dipenuhi dengan bintang-bintang yang membuat penglihatannya belum fokus. Tadi malam Cinder baru saja maraton menonton film bergenre slasher dan akhirnya ia tidak bisa tertidur karena terbayang-bayang dengan adegan korban dikejar-kejar psikopat dengan chainsaw di tangan.

Cinder menguap lebar, tapi ia masih ingat menutup mulutnya guna mencegah lalat bertamu ke rongga mulutnya tanpa izin.

“Kamu masih memakai cincin itu? Belakangan ini kamu selalu memakai cincin itu, ya?” tanya Alice penasaran dengan cincin yang melingkar di jari manis Cinder. Itu jelas bukan cincin tunangan mengingat Cinder yang jomblo akut dan selalu mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. 

“Ah?” Cinder mengangkat tangan kanannya dan meregangkan jari-jarinya, memamerkan cincin yang menghiasi jari manisnya. “Ini hadiah dari kakak iparku,” kata Cinder bangga. Berkat cincin itu, Cinder bisa berlagak sok punya tunangan meski pada kenyataannya dirinya masih jomblo dan kenyang dengan yang namanya penolakan sepihak. 

“Ha? Ka... kakak ipar?”

“Yup. Istri kak Rhein,” kata Cinder menegaskan. 

“Aaaaakh!!!” pekik Alice nyaring hingga membuat Cinder terlonjak kaget. Bukankah yang baru keluar dari mulutnya adalah kabar baik dan bukannya kabar buruk? Kenapa pula Alice sampai berteriak histeris seperti orang yang baru saja melihat psikopat lewat?

“”Ja... jadi kak Rhein sudah menikah? Hiks, padahal aku sudah lama menyukai kak Rhein,” ratap Alice kecewa. Pupus sudah harapannya untuk menjadi istri kak Rhein dan kakak ipar Cinder. Padahal selain ingin menjadi istri kak Rhein, sebagai kakak ipar Cinder, Alice punya cita-cita mulia yakni mendidik Cinder menjadi wanita anggun dan lemah lembut selayaknya tuan putri yang sesungguhnya.

“Selamat pagi , anak-anak,” sapa Mr. All dengan wajah sumringah. “Ada kabar bagus untuk kalian. Hari ini kalian mendapatkan satu makhluk baru sebagai teman kalian,” kata Mr. All sekonyong-konyong memperkenalkan seorang pemuda yang berdiri di sebelahnya. 

Lihat selengkapnya