“Kamu keturunan Cinderella, kan?” Flint bertanya lugas dengan ekspresi muka berkerut. Kedua alisnya menukik tajam seperti sedang melihat sesuatu yang sangat ia benci. Wajahnya saat melihat Cinder benar-benar tidak ada ramah-ramahnya. Seharusnya Cinder menciut dengan wajah judes Flint, tapi pertanyaan Flint tadi justru membuat Cinder merasa seperti sedang dilambungkan ke langit ketujuh.
“Oh, apakah wajahku seperti Cinderella? Baru kali ini ada yang memujiku seperti itu?” tanya Cinder dengan wajah merona bahagia. Matanya berbinar-binar penuh dengan rasa bangga. Seumur hidupnya baru kali ini ada orang lain selain keluarganya yang memuji visualnya. Apakah tahun ini auranya yang tertutup sudah terbuka sehingga mata-mata rabun itu bisa melihat auranya yang cetar membahana badai?
“Aku serius!!!” hardik Flint sambil menarik kepang Cinder.
“Kyaaaa.” Cinder menjerit histeris sembari menarik diri menjauh dari jangkauan tangan Flint Melvin demi menyelamatkan kepang rambutnya yang nyaris rusak.
“Kamu ini sebenarnya siapa? Kenapa menganiaya diriku?” Cinder bertanya dengan nada sewot. Matanya mendelik ke arah Flint sambil merapikan kepang rambutnya.
Flint mendengus. Matanya menatap tajam Cinder yang mengkeret di dekat pohon. Hawa permusuhan masih terus berkobar dari kedua bola mata Flint hingga membuat Cinder semakin waspada dan bersiap melarikan diri kalau-kalau Flint nekat melakukan tindak kekerasan kepadanya.
“Aku dari keluarga tikus. Keluargaku merasa direndahkan oleh keluarga Cinderella. Aku tidak mau menjadi pembantumu,” decak Flint geram.
Mulut Cinder menganga lebar mendengar perkataan tidak masuk akal yang tercetus dari mulut Flint Melvin. Rahang Cinder seperti akan jatuh ke lantai. Sejak pemuda itu memperkenalkan diri di kelas, Cinder dengan yakin menganggap kalau Flint Melvin adalah salah satu keturunan pangeran. Tapi, tadi pemuda bermata obsidian itu justru mengatakan kalau dirinya berasal dari keluarga tikus. Bayangkan!!! Keluarga tikus dia bilang?
Cinder mengorek kuping kanannya dengan mata menerawang. Sepertinya ada binatang yang masuk ke telinganya sehingga pendengarannya menjadi bermasalah.
“Aku memang suka dongeng, tapi dongengmu benar-benar tidak lucu,” imbuh Cinder sambil menahan tawa agar tidak meledak.
“Aku ini benar-benar keturunan dari keluarga tikus, tahu!” bentak Flint tidak sabar. Tangannya dengan kasar menarik dasi Cinder hingga membuat Cinder ikut tersulut emosinya.
“Jadi keturunan tikus saja bangga,” maki Cinder kesal. Sudah kepang rambutnya nyaris rusak, sekarang dasinya hampir copot karena ulah Flint Melvin. Mata Cinder melotot ke arah Flint yang sedari tadi bersikap tidak ramah. Dari sikap Flint yang kasar, jelas dirinya bukanlah pangeran. Pangeran seharusnya tidak sekasar itu. Pemuda itu benar-benar tidak memenuhi kualifikasi sebagai seorang pangeran yang bermartabat dan berbudi pekerti yang baik.
“Ah?” Cinder terkesiap. Tiba-tiba ia teringat percakapannya dengan kakak iparnya tadi pagi.