“Kenapa kamu memasang wajah tidak ikhlas begitu?” sambar Flint mengagetkan Cinder.
“Hei, berhentilah membentak Cinder seperti itu!” perintah seorang pemuda dengan aura yang begitu bersinar hingga membuat silau siapapun yang melihatnya.
Flint dan Shone bahkan sampai harus menaruh tangan mereka di atas mata guna menghalau cahaya terang benterang yang begitu menyilaukan. Sedangkan Cinder tentu saja terpana dengan mulut membentuk hurup O besar. Entah keberuntungan macam apa yang mengikutinya hari ini sehingga sepanjang hari ini para makhluk berwajah rupawan nan mempesona silih berganti bermunculan di hadapannya.
Flint merengut kesal dan menatap tajam sosok yang baru datang itu. Pemuda tak dikenal itu dengan seenaknya menjitak kepala Flint hanya karena Flint membentak Cinder. Flint menatap tajam sosok asing itu, berusaha menerka siapa gerangan sosok yang tampaknya berpihak pada Cinder Lynn. Mungkinkah pemuda itu keturunan ibu peri? Tapi, aura yang terlalu menyilaukan mata seperti itu biasanya hanya dimiliki oleh para pangeran, bukan kaum peri atau penyihir baik hati. Aura yang dimiliki para peri dan penyihir baik hati biasanya lebih lembut.
“Kamu siapa?” tanya Flint dengan nada sengit dan mata menyipit. “Sepertinya kamu bukan salah satu keturunan tokoh yang ada dalam cerita Cinderella.”
“Memang bukan,” jawab pemuda itu santai sambil mengendikkan bahunya.
“Kamu orang asing, jangan ikut campur dengan urusan kami!” perintah Shone sembari mengibaskan tangannya memberi tanda pada pemuda itu untuk segera pergi. Tapi, sayangnya tanda yang diberikan oleh Shone diabaikan oleh pemuda itu. Pemuda itu justru memutar bola matanya bosan.
“Kak Arias?” pekik Cinder senang karena pangeran idamannya muncul. Wajah Arias yang sempurna terlalu sayang untuk dilewatkan. Mata Cinder hari ini benar-benar diberkahi. Setelah kemunculan pangeran Cinderella yang minim akhlak, Yas yang lewat di depan matanya dengan tersenyum manis, sekarang Arias yang terkenal anti perempuan sekonyong-konyong muncul dan membelanya dari bullyan sang keturunan tikus.
“Kamu siapa, hah?” tanya Flint setengah menghardik.
“Tentu saja pangeran,” jawab Arias santai.
“Jangan sembarangan!!!” sergah Shone tidak terima. Jari telunjuk Shone mengacung tepat ke wajah datar Arias. Jelas-jelas dirinya adalah pangeran pasangan Cinderella, kenapa pula bisa ada orang lain yang mengaku-ngaku sebagai pangeran? Shone memasang sikap waspada, dia tidak rela ada orang lain yang memasuki daerah teritorialnya.
“Walaupun wajahmu memang lebih menawan daripada aku, tapi akulah pangeran yang sesungguhnya,” lontar Shone jujur meski tak ikhlas. Walaupun posisinya saat ini sedang terancam, tapi mata Shone yang normal tidak bisa memungkiri ketampanan seorang Arias. Pemuda itu memang sangat tampan hingga bisa dengan mudahnya menggeser posisi Shone selaku pangeran.
“Aku memang ingin mengubah cerita, tapi bukan berarti aku ingin turun kasta,” pekik Shone heboh sendiri.
Arias memutar bola matanya malas. “Aku memang pangeran, tapi pangerannya Sleeping Beauty,” pungkas Arias tidak ikhlas. Secara alamiah, tubuh Arias bergidik. Ia benci sekali dengan kenyataan bahwa dirinya adalah pangeran yang ditakdirkan untuk menjadi pasangan Sleeping Beauty. Baru memikirkan itu saja sudah membuat kepala Arias terserang migrain. Dari sekian banyak peran, kenapa dirinya yang kebagian jatah sebagai pangeran Sleeping Beauty?