Cinder yang berhasil melarikan diri berkat kedatangan tak diundang sang Sleeping Beauty kini terdampar di lapangan basket. Seandainya Sera termasuk golongan putri yang baik hati dan tidak suka mencaci maki orang lain, ingin rasanya Cinder menghaturkan rasa terima kasih pada Sera karena sudah membuat dirinya terbebas sementara dari kejaran Flint Melvin. Tapi, sayangnya keturunan dari Sleeping Beauty itu tidak sama dengan leluhurnya yang baik hati karena itulah Cinder pun urung untuk berterima kasih.
“Ya Tuhan, kak Shane memang sangat tampan dan serba bisa. Dia terlahir dengan sangat sempurna,” puji Cinder dengan wajah bak kepiting rebus dan air liur yang nyaris menetes. Kerupawanan wajah Shane Ettain berhasil membuat Cinder melupakan sejenak Arias yang tadi baru saja melamarnya.
Cinder menonton Shane yang sedang bermain basket di pinggir lapangan. Shane Ettain memang memiliki stamina yang luar biasa. Setelah tadi berlatih taekwondo, bukannya beristirahat pemuda itu malah bermain basket bersama dengan gerombolan pemuda tampan lainnya.
“Tapi, orang seperti kak Shane tidak mungkin suka pada orang sepertiku,” ucap Cinder yang tumben tahu diri dan akhirnya tidak percaya diri. “Aku yakin kak Shane pasti salah satu pangeran yang ditakdirkan menjadi jodoh putri. Kira-kira kak Shane jodohnya siapa, ya?” tanya Cinder sibuk dengan pikirannya sendiri, berusaha menerawang jodoh dari seorang Shane Ettain.
Cinder yang asyik bercengkrama dengan pikirannya sama sekali tidak menyadari kalau Shane Ettain melihat ke arah Cinder yang berjongkok di pinggir lapangan. Bahkan Shane tampak begitu serius memperhatikan Cinder hingga pemuda itu mengabaikan bola basket yang dioper kepadanya. Bola basket itu akhirnya menggelinding ke arah Cinder yang masih sibuk melamun.
“Kamu!!!” seru Shane Ettain.
Pemuda bertubuh tinggi itu ternyata sudah berdiri di depan Cinder. Cinder terperanjat kaget. Mata hijau Cinder menangkap sebuah bola basket yang ada di dekat kakinya. Mata Cinder secara bergantian melihat ke arah bola basket dan Shane Ettain.
“Kyaaa. Kak Shane?” pekik Cinder antara girang dan juga tidak percaya. Selama ia bersekolah, ini adalah kali pertama seorang Shane Ettain menyapanya. Sebenarnya daripada disebut sebagai sapaan, cara dan intonasi Shane Ettain menyapa Cinder tadi jauh lebih cocok disebut dengan hardikan. Sayangnya otak Cinder yang tadi sempat berkelana membuat Cinder gagal paham kalau dirinya tadi baru saja dibentak.
“Kak Shane pasti mau mengambil bola ini, kan?” Dengan cepat Cinder mengambil bola basket yang ada di dekat kakinya dan menyerahkannya kepada Shane Ettain. Wajah Shane tampak begitu serius. “Kak Shane pasti adalah jodohku,” kata Cinder mulai lupa diri.
“Kamu penyihir itu, kan?” bentak Shane tiba-tiba hingga membuat Cinder terlonjak kaget untuk kedua kalinya dan spontan melempar bola basket itu entah ke mana.