“Cinder Lynn!!! Sebenarnya kamu ini keturunan siapa? Keturunan Cinderella, ratu jahat atau penyihir lautan?” tanya Flint setengah berteriak. Flint mulai merasa gelisah. Apakah pencariannya selama ini berakhir pada orang yang salah? Bukannya bertemu dengan keturunan Cinderella, ia justru menghabiskan waktu bersama dengan keturunan ratu jahat atau bahkan penyihir lautan?
Mata Flint memicing ke arah cincin bening yang melingkar di jari manis Cinder. Cincin itu jelas adalah cincin peninggalan dari Cinderella selain sepatu kaca yang berhasil mempertemukan Cinderella dengan pangeran. Cincin itu adalah cincin yang diberikan pangeran di hari pernikahannya bersama dengan Cinderella. Mana mungkin benda penting seperti itu bisa berada di tangan orang yang tidak ada hubungannya dengan Cinderella.
Flint memijit pelipisnya. Baru kali ini ia bertemu dengan orang yang latar belakangnya tidak jelas. Sebenarnya darah siapa yang diwarisi oleh Cinder Lynn sampai-sampai gadis itu memiliki tiga warisan penting dari tiga karakter dalam dongeng yang berbeda?
“Akhirnya kamu kutemukan!!!”
Flint menghembuskan nafas dengan penuh beban. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu hal yang pastinya akan semakin memperumit keadaan. Keturunan Putri Duyung saja masih belum pergi dari ruang kesehatan, sekarang sudah muncul satu karakter baru lagi yang entah siapa.
Flint memperhatikan sosok pemuda yang tadi berseru. Sosok yang entah kenapa terlihat suram seakan dirinya membawa kutukan yang sampai sekarang belum ditemukan mantra peleburnya.
“Ken? Kamu masih setia mengejar penyihir ini?” tanya Marisol dengan raut kesal.
“Siapa lagi orang ini?” Flint ikut bertanya. Rasa penasarannya semakin terpancing melihat gadis berambut biru laut dan pemuda yang tampaknya sedang terkena kutukan itu saling mengenal. Flint mulai berprasangka. Mungkin pemuda itu adalah pangeran yang di era sekarang sangat membenci air laut sehingga ekspresinya selalu tersiksa setiap kali bertemu dengan keturunan Putri Duyung.
“Putri Belle, ternyata kamu ada di sini. Aku membawakanmu mawar, lho. Kamu suka, kan?” kata Ken bersemangat.
Wangi mawar tiba-tiba menyeruak mengalahkan aroma air laut yang tadi mendominasi. Sebuket mawar besar dipegang oleh Ken yang tengah tersenyum lebar sedangkan Flint hanya bisa tercenung dengan mulut yang menganga lebar. Saking terkejutnya, Flint sampai lupa cara untuk mengatupkan mulutnya. Dia tidak salah dengar, kan? Kenapa pemuda yang tadi disangkanya sebagai pangeran Putri Duyung malah menyebut nama Putri Belle?
“Beast?” gumam Flint tidak percaya. Bukan pangeran jodoh Putri Duyung yang datang melainkan Beast, pangeran yang dikutuk menjadi monster? Flint menggelengkan kepalanya. Pantas saja aura pemuda itu tampak suram. Ternyata pemuda itu adalah pangeran yang membawa kutukan.
“Hieeee.” Cinder memekik. “Kenapa kamu masih mengejarku? Aku tidak suka kamu.” Cinder berteriak tidak suka. Kenapa yang mengejar-ngejarnya harus sosok pemuda dengan aura suram seperti orang keberatan dosa dan dikejar hutang? Aura suram Ken benar-benar membuat Cinder merasa terbebani. Bahkan cahaya lampu saja tidak bisa menghilangkan aura gelap yang menguar dari tubuh Ken.
“Cinder Lynn, kamu tidak bisa mengubah cerita. Pada akhirnya kamu akan menikah denganku,” kata Ken santai dan mengabaikan penolakan Cinder.
“Huweee. Tidak mau!!!” Cinder menjerit histeris lalu melompat turun dari tempat tidur. Berlari meninggalkan Ken dengan aura suramnya yang tidak menyenangkan, juga Flint yang masih termangu tidak mengerti dengan arti keberadaannya. Sebenarnya untuk apa ia ada dalam cerita yang sudah tidak pada tempatnya ini?
***
“Cinder Lynn, gelang mawar kuning itu milik keturunan Belle, kan? Kenapa bisa ada padamu?” tanya Flint yang pada akhirnya memilih mengejar Cinder sampai lapangan.
Cinder mengangkat tangannya, memperlihatkan gelang mawar kuning yang melingkar dengan cantik di pergelangan tangan kanannya. Cinder menjawab dengan ragu dan terbata, tidak menyangka sama sekali kalau keinginannya untuk tampil cantik hari ini benar-benar berbuah malapetaka. Dirinya tak ubahnya seperti seorang pencopet yang dikejar-kejar massa dan nyaris dihakimi secara massal.
“Ini pemberian dari mami,” cicit Cinder.