Akhirnya Erwin dan anak-anaknya juga Bacchan bermain bersama di taman bermain. Tidak akan menyangka jika Bacchan akan menemuinya disini. Tidak terlalu buruk pula, Bacchan membantu menenangkan hati Sea dan Jea yang saat itu melihat anak-anak yang lain bersama ibunya.
“Sea, Jea…nanti kita bermain ke tempat Mama mu. Sekarang kita bermain dulu disini sama Bacchan.” Ujar Bacchan, lalu memotong es krim menjadi dua bagian dan diberikan kepaada mereka, “Ini makan. Bukankah kalian telah menganggap bacchan sebagai mama?”
Sea mengambil es krim bagiannya, “Iya, Bacchan adalah mama kami.” Kemudian tersedu-sedu, “Tapi rasanya berbeda. Mereka memanggil ibunya dengan sebutan ‘Mama atau ibu’ tapi aku dan Jea memanggilnya Bacchan. Itu berbeda.”
“Iya. Teman-teman kami sering menanyakan dimana ibu kami.” Jea meyetujui pernyataan Sea dan menambahkan argumen.
Dua bulan yang lalu.
Sekolah Sea dan Jea mengadakan acara festival anak dan orang tua. Dimana mereka akan berlomba bersama dibeberapa acara kreatifitas. Kelas Sea dan Jea memilih kreatifitas memasak. Ibu dan anak harus bekerja sama dalam acara tersebut. Wali kelas mereka menetapkan aturannya di acara memasak tersebut. Ibu yang akan memasak bahan-bahan yang disediakan sekolah, sedangkan anak-anaknya harus membantu ibunya mengambilkan bahan-bahan yang letaknya cukup jauh dari tempat ibunya memasak. Setelah itu, masakannya dihidangkan dann hanya boleh dicicipi oleh anak-anaknya dan para juri, kemudian mereka juga harus memberikan komentar untuk masakan itu.
Saat itu Sea dan Jea hanya menonton di kursi penonton bersama Erwin. Bacchan tidak bisa mengahadiri festival tersebut lantaran kebunnya kebanjiran, dia harus mengurusnya bersama petani-petani yang lain. Dan Erwin dating terlambat dua puluh menit setelah acara berlangsung, secara otomatis grup Sea dan Jea didiskualifikasi oleh gurunya.
Kedua mata Sea tidak mau mengedip, dia focus melihat bagaimana salah seorang ibu temannya masak dan temannya, Andrea bolak-balik mengambilkan bahan-bahan dan alat-alat lain seperti wajan, sendok, dan piring. Tangannya mengepal, Sea ikut geregetan karena waktunya hamper habis. Sedangkan Jea, hanya menikmati acara tersebut tanpa merasakan sensasi apapun. Jea hanya akan ikut tertawa jika ada yang tertawa.
Grup Andrea menang. Andrea memuji ibunya tiada henti yang memiliki keterampilan memasak yang hebat. Makanan yang dibuat pun penuh kreasi. Ibu Andrea ini membuat makanan siang special untuk Andrea, nama makanannya. Dia menghidangkan nasi, telur, sosis yang berbentuk gurita, dan nugget dicetak berbentuk gambar anak kecil memakai pita, pitanya persis seperti yang dipakai Andrea. Andrea tersenyum lebar ketika ia mendapatkan piagam kejuaraan dengan sorot cahaya kamera yang penuh.
Sea menundukkan kepalanya dan mendesah.
“Jea, tidak kah kau mau memiliki seorang Mama seperti Andrea?” Sea berbisik.