"Bibi, apakah Bibi akan menjadi Mama kita?" Sea melontarkan pertanyaan yang mengejutkan kepada Karin seusai Papanya meminta izin kepada Bacchan tentan hubungannya, "Apa yang dimaksud dengan hubungan?" Sea menambahkan pertanyaan lagi sebelum Karin menjawab pertanyaan yang pertama.
Karin hanya tersenyum, "Sea bisa tanyakan ke Papamu ya soal itu. Bibi tidak tahu. Mungkin waktu akan menjawabnya."
"Hah? Mana bisa jam menjawab pertanyaan Sea, Bibi." Kata Jea ketus, "Sepertinya Bibi cocok menjadi Mama kita, deh. Kita sudah mencari Mama kemana-mana tidak ketemu. Papa bilang Mama ada disuatu tempat, tapi belum bisa bertemu dengan kita. Alasannya dirahasiakan" Jea menarik--narik tangan Karin.
Karin menatap Erwin heran.
"Jangan-jangan Bibi adalah Mama kita yang hilang!" Sea tertawa lepas dan memeluk Karin, "Seperti main petak umpet!" Sea memeluk lebih erst lagi.
Karin tersenyum lagi, "Mana mungkin." Dia canggung sekali.
Keadaan setelah Erwin meminta restu kepada Bacchan tentang hubungannya dengan Karin dan Bacchan menyetujuinya dengan senang hati, semakin canggung. Karin tidak berkutik apapun lagi. Ia bahkan seperti terjebak didalam sebuah lubang gelap dan sulit untuk menemukan cahaya walau setitik. Dan anak-anak Erwin yang entah kenapa ingin selalu dekat-dekat dengan Karin. Hal itu membuat Karin semakin canggung dan bingung tak terduga.
Suara telepon dari ponsel Karin memecah kekeheninangan dan kebingungan Karin. Telepon itu dari rekan kerjanya yang menunggu Karin untuk datang. Ternyata ponsel yang sempat Ia matikan, tidak mati, dia melupakan satu langkah untuk mematikan diponsel barunya.
Sea menarik baju Karin, "Siapa?" Tidak bersuara, tapi gerakan bibirnya sangat jelas menanyakan siapa yang meneleponnya.
"Temanku. Sebentar, ya." Karin berdiri menuju keluar rumah.
"Maaf, Pak. Sepertinya saya akan telat sampai kesana ada sesuatu terjadi dan ceritanya sangat panjang. Saya tidak bisa menjelaskannya disini, tolong beri saya waktu." Karin memohon kepada seseorang disebrang telepon yang Ia sebut temannya.
"Ya. Kemarilah malam hari, saya tunggu. Akan saya kirim kan lokasinya nanti." Suara tegas dari ponselnya terdengar jelas ketika Erwin menghampirinya.
"Siapa?" Erwin bertanya tanpa suara juga, ia tidak ingin menganggu.
Setelah Karin menutup teleponnya, Ia menarik tangan Erwin dan keluar. Karin menjelaskan jika hari ini dia ada pekerjaan dan ia tidak ingin melewatkannya. Meskipun sebenarnya Karin juga tidak tahu ini soal memutus kontrak atau memperpanjang kontrak. Karin tidak bisa mengabaikan panggilan dari bos nya, Pak Ress.
"Kapan kamu harus kesana?" Erwin memeriksa ponselnya, "Malam ini sepertinya aku tidak ada jadwal. Akan saya antar. Untuk sementara, karena ini masih sore hari kamu bisa beristirahat dulu disini. Atau mau di rumah saya?"
"Baik. Disini saja. Boleh saya pinjam ruangannya?"
"Ruangan....ya....?" Erwin berpikir dan mengingat ada berapa ruangan kosong di rumah Baccahan, "Ikut saya." Dia menuntunnya ke kamar Sea dan Jea.
Karin menutup pintu.