MEI KE 25

Marliana
Chapter #13

Ancaman Rayyan

Penilaian paling rendah adalah menilai seseorang dari penampilan saja. Ketika pertama kali melihat Rayyan aku sangat kagum padanya. Tubuh tegak, cara bicaranya dan cara dia mengutarakan pendapatnya sangat mencerminkan bagaimana sebenarnya dirinya.

Ternyata aku salah. Sebuah akibat dari tidak menggunakan panca indra lainnya. Aku tidak mendalami sejauh mana sebenarnya dirinya. Ternyata penampilan dan sikapnya sungguh sangatlah berbeda.

Di dalam kelas yang riuh akan suara itu aku sangat merasa sesak. Ditambah lagi dengan Rayyan dan suaranya. Saat Rayyan berbicara, hampir terdengar semua suara teriakan histeris dari para perempuan di dalamnya. Mungkin aku akan masuk ke dalamnya jika saja perasaanku masih sama seperti dulu.

Rayyan menjelaskan dan memberitahu kami semua tentang kampusnya. Aku tahu, untuk bercerita tidak akan pernah membicarakan keburukan. Untungnya aku tahu jelas tentang kampusnya yang banyak baiknya. Untuk kali ini aku setuju padanya. 

"Kak Rayyan adalah spesies paling sempurna yang pernah kutemui. Ganteng dan berilmu sebuah kombinasi yang paling lengkap." Zarah adalah bagian dari perempuan yang mendadak berwajah cerah ketika melihat Rayyan. Dia mengatakan itu padaku saat kami masih berada di dalam kelas mendengar sosialisasi.

"Emangnya hewan, pake spesies paling sempurna segala lagi. Lagian aku bilang ya. Jangan pernah langsung menilai baik buruk seseorang itu dari pertama kali melihat. Jelas baiklah, kan itu namanya menjaga image." Aku sarkas menjelaskan. Ketidaksukaan ku pada Rayyan membawa imbas pada Zarah juga.

"Tapi ngomong-ngomong tentang Rayyan, aku jadi ingat tau tentang cerita kamu yang Mei itu." Zarah yang tadi duduk bersampingan denganku membalikkan badannya agar langsung menatap mataku bicara. "Namanya persis sekali, tapi tidak mungkinlah. Rayyan ini beda." Lanjutnya semakin terkesima pada sosok Rayyan.

"Ucapan kamu benar sekali. Rayyan di depan adalah Rayyan si jahat."

"Mulutnya pedas amat." 

"Zarah. Aku kasi tau ya. Dia itu adalah tokoh jahat dalam ceritaku itu. Dia orangnya. Rayyan Azkara." Zarah terlihat kaget saat kusebut nama panjang orang di depan kami.

"Serius?"aku mengangguk semakin memperjelas. Yang kudapatkan dari respon Zarah adalah menggeleng tidak percaya. "Lara. Jangan main-main, ini itu tentang hati, juga keselamatan." 

Lihat selengkapnya