Meja Bundar

Hendra Purnama
Chapter #16

Bagian 14: PUTARAN KETIGA

Mereka bertiga kini duduk di pinggir kolam, Elias membuka pembicaraan, “Kenapa sih maksa banget duduk di sini, ada kenangan khusus?”

Kirani menggeleng, “Pengen saja…”

“Aku nggak puas kalau jawabannya itu.”

“Ah, kamu memang suka cari kepuasan sendiri!”

Elias tergelak, Kirani melanjutkan, “Kita mulai saja ronde tiga secepatnya.”

“Di sini?”

“Di sini!”

Elias bersandar tenang “Oke, karena itu ronde tiga dimulai dari kamu.”

Kirani menghempaskan tubuhnya ke sandaran, memandang anak-anak yang sedang berenang di kolam. Suara teriakan mereka sedikit membuyarkan ketenangannya. Masa sih aku harus jujur?

“Ayo Kiran…” Azzuhri melirik, entah kenapa dia merasa Kirani akan bicara sesuatu yang serius.

Kirani menghembuskan nafas panjang, melepaskan bebas yang mendadak ada, “Aku mau ubah peraturan sedikit, boleh kan?”

“Nggak boleh…”

Kirani tidak peduli, “Kali ini aku tidak akan buat pernyataan yang jawaban akhirnya jujur atau tidak. Tapi aku akan mengatakan satu hal, kalian menebak dua kemungkinan dari pernyataan itu.”

“Nggak ngerti…”

“Boleh atau tidak nih?”

“Satu pernyataan, kita menebak dua kemungkinan?”

“Iya, biar ada variasi.”

"Apa bedanya sama yang kita lakukan dari tadi?”

“Boleh atau tidak? Lebih baik praktik biar langsung paham”

“Ya sudah, boleh lah!” Elias menyerah, dia tahu dilarang seperti apapun biasanya Kirani malah makin keras kepala.

Kirani menarik nafas panjang, mempersiapkan diri, “Oke, aku punya kalimat begini, ‘aku tidak masalah kalau payudaraku tersentuh tangan laki-laki’.

Elias dan Azzuhri mengangkat alis

“Nah, sekarang kalian putuskan apakah kalimat itu benar-benar aku percayai, atau itu cuma kalimat sampah yang aku comot sekenanya?”

Elias mengerutkan kening, “Sama saja dengan pilihan bohong atau jujur. Kamu tadi kan tinggal bilang tidak masalah kalau seandainya payudaraku disentuh orang, apakah aku jujur atau bohong?’ tinggal bilang begitu kan?”

“Nah, itu yang aku tidak suka! Kesannya membatasi, seolah aku memang jujur atau bohong. Kalau ternyata aku jujur, apa bedanya aku dengan perempuan murahan? Kalau aku bohong ya berarti aku pembohong. Perempuan murahan atau pembohong adalah pilihan yang sama-sama tidak enak.Tapi aku kan memberi pilihan: itu memang pendirianku, atau kalimat pungutan dari buku, misalnya.”

“Dari tadi kamu nggak protes.”

“Karena pernyataanku sensitif, terutama karena aku perempuan.”

Lihat selengkapnya