Sementara Kirani sedang merutuk sendiri, Elias dan Azzuhri beranjak masuk ke café hotel. Pada jam-jam seperti ini tidak banyak orang disana, mungkin tempat ini baru hidup di waktu malam. Tapi meskipun begitu, ada juga beberapa pegawai hilir mudik. Mereka mendekati bar. Elias yang pertama menyapa bartender. Terjadi pembicaraan singkat, intinya pelayan itu mohon maaf kalau jam seperti ini mungkin masih ada minuman yang kosong. Lalu pelayan itu menyodorkan daftar menu. Elias menoleh, “Mau apa Ri?”
“Standar lah, es teh manis.”
“Ah kamu jauh-jauh nginep di hotel mintanya teh manis! Itu sih bikin saja di rumah! Sudah ikut aku saja ya.”
“Jangan yang beralkohol.”
“Beres!”
Elias berbalik ke bartender. “Blue Apple Sparkle tiga, satu pake rum. Bisa dibawa ke kolam renang kan? Bayar sekarang?”
Bartender mengangguk, Elias merogoh kantung, mengambil dompet, menyelesaikan pembayaran. Sepertinya akan agak lama, karena bartender itu beranjak ke belakang, mungkin mengambil kembalian.
Azzuhri menaikkan badannya ke kursi bar yang cukup tinggi. Memandang berkeliling, café itu benar-benar sepi. Dia menoleh ke arah Elias “Istrimu sekarang kerja apa?”
Elias mengangkat alis, ikut-ikutan duduk di kursi tinggi itu. Berpikir-pikir sejenak, lalu menjawab ringan, betul-betul ringan, “Aku sudah cerai.”
“Cerai?”
“Iya.”
“Kapan?”
“Dua tahun yang lalu.”
“Punya anak?”
“Untungnya tidak.”
“Memang kalian menikah berapa tahun?”