Meja Bundar

Hendra Purnama
Chapter #29

Bagian 27: INTERLUDE

Elias menatap Kirani “Oke, sekarang terakhir… yang paling terakhir, ini tentang kita berdua: Aku pernah jatuh cinta padamu, Kiran…lalu menurutmu?”

Kirani merasa mulai tidak nyaman. Sampai di titik ini saja, dia sudah mengungkap hal-hal besar yang selama ini tersimpan rapat-rapat. Pernyataan sederhana yang dia lontarkan, tanpa dia sadari ternyata terhubung dengan satu hal yang sama: rahasianya. Rahasia yang sekaligus menjadi bebannya. Dia tidak yakin, setelah bercerita dengan kedua temannya ini, apakah dia merasa lebih baik atau lebih buruk. Seperti ada beban yang terlepas. Tapi dia juga takut Azzuhri dan Elias akan memandang dia berbeda setelah ini. Dia takut mereka menjadi jijik, seperti dia jijik pada dirinya sendiri, “Aku percaya.”

“Kamu beneran percaya? Saya tidak!”

“Boleh aku tahu kenapa kamu percaya?”

Kirani memandang Elias “Aku tahu kamu bisa jatuh cinta pada perempuan macam apa saja. Bukan spesifik pada tipe perempuan tertentu. Tapi cintamu tidak pernah sungguh-sungguh. Selalu sekilas.”

“Oh... jadi selain tidak peduli soal kuliah, Tuhan, dan agama; aku juga tidak peduli dengan cinta. Menurutmu, manusia macam apa aku ini?”

“Memangnya kamu tahu apa itu cinta?”

Elias tertawa, mencondongkan tubuhnya lalu bicara “Mari kita belajar dari Plato dan Socrates untuk memahami makna cinta, pernikahan dan kebahagiaan.

Azzuhri menggelengkan kepala, dia malas mendengar Elias berkhotbah, tapi sepertinya Kirani tidak keberatan. Maka Azzuhri tidak mendiamkan Elias. Seperti akan terjadi sesuatu antar dua manusia ini, firasat saya jarang salah.

“Suatu hari, Plato bertanya kepada gurunya, Socrates, tentang makna cinta. Saat itu Socrates berkata‘Pergilah ke ladang, petik dan bawalah setangkai gandum yang paling besar dan paling baik, tapi ingat satu hal, kamu hanya boleh berjalan satu arah. Setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali.Plato melalukan apa yang diminta, tetapi dia kembali dengan tangan kosong. Lalu Socrates bertanya ‘Kenapa engkau kembali dengan tangan kosong?’, Plato menjawab: ‘Aku melihat beberapa gandum yang besar dan baik saat melewati ladang, tetapi aku berpikir mungkin ada yang lebih besar dan lebih baik dari yang ini, jadi aku melewatinya saja. Namun ternyata aku tidak menemukan yang lebih baik dari yang aku temui di awal, akhirnya aku tidak membawa satupun.’ Socrates lalu berkata: ‘Itulah cinta.’”

“Aku tanya pendapatmu!” Kirani menukas.

“Aku sependapat dengan Socrates.”

“Baik, sekarang aku mau tahu pendapat Socratesmu soal pernikahan!”

“Kok pertanyaannya jadi melebar?”

Lihat selengkapnya