Meja Bundar

Hendra Purnama
Chapter #46

Bagian 44: PUMPUN

Elias memandang kedua orang yang ada di depannya. Sekali berbohong kau akan terus harus berbohong untuk menutupinya. Dia lalu memandangi kertas catatannya. Lalu apakah berarti ketika sekali jujur maka kau akan terus harus jujur?

Sejak pertama mengenal Sincerity, dia merasa permainan ini bisa jadi jalan penyelesaian dari masalah terbesar yang dia punya. Mungkin memang bukan solusi, namun jalan menuju solusi.

Aku selalu tahu kalau permainan ini seperti bola salju. Kejujuran kecil yang menggelinding dan membesar. Satu pernyataan kecil memantik pernyataan lain, seseorang bisa saja diam, bisa saja terus bicara. Tapi yang aku tahu, sekali orang berbohong disini, dia akan cenderung terus berbohong.

Tapi kali ini kami semua bicara jujur. Ini cukup unik sekaligus mengerikan, karena kejujuran kecil di awal ternyata telah berlaku seperti sebuah retakan kantung magma yang bergolak. Tekanan dari dalam begitu kuat, seolah menemui sebuah jalan pembebasan. Tidak bisa lagi ditahan. Setelah sekian lama berusaha disimpan dan dipendam (karena tidak berhasil dihapuskan), ini seperti saat yang tepat untuk...

...sebuah pengakuan.

Di depannya, Kirani dan Azzuhri duduk, mereka sedang mengobrol tentang sesuatu yang tidak jelas. Tidak jelas karena Elias tidak menaruh perhatian sejak awal, dia memang punya kecenderungan mengabaikan sesuatu bila dia tidak dilibatkan dari awal. Sikap itu sering membuat dia mampu mengambil sudut pandang akan sesuatu hal dengan lebih luas.

Lihat selengkapnya