Elias berdiri, mendekati kasur, mengambil sesuatu dari dalam tasnya yang teronggok disana. Kirani dan Azzuhri memperhatikan. Tak lama tampak Elias mengambil sebuah lilin dan wadahnya. Kirani mengerutkan kening, mau apa dia? Nyegik? Makin lama situasi makin aneh saja!
Elias kembali ke dalam lingkaran, memasang lilin ke wadahnya, lalu meletakkan di tengah-tengah mereka bertiga. Mengangkat wajah, tersenyum. “Aku ingin membangun sesuatu yang spesial… suasana yang spesial, boleh kan? Nggak ada yang keberatan?”
Azzuhri menggeleng, tertawa ringan “Keberatan juga percuma, kamu pasti tidak mau dengar.” Lantas dia memandang ke luar, bicara seolah pada dirinya sendiri “Ternyata sudah malam…” kalimatnya mengambang disana. Entah apa maksudnya, Azzuhri bukan tipe orang yang suka merenung-renung, tapi kali ini sepertinya dia melakukan itu dengan spontan.