“Soal pengakuanku tadi, aku ingin mati dirajam…” Kirani menarik nafas panjang, Elias dan Azzuhri menunggu jawaban, “itu benar. Aku selalu berpikir ke arah sana, andaikan aku bisa memilih cara kematianku sendiri, ya aku ingin dirajam. Karena seperti sekali mendayung, dua tiga pulau terlewati… aku bisa mati, tapi dosaku juga diampuni. Tapi ini bukan berarti aku ingin mati cepat, atau sengaja-sengaja berharap kematianku dipercepat. Kalian paham tidak?”
“Satu pertanyaan penting, “Kenapa?”
Kirani mengedarkan pandangan “Kalian benar-benar ingin tahu?”
Kedua kawannya mengangguk. Kirani menarik nafas panjang, menghembuskannya, dan mengucapkan kalimat tanpa jeda
“Aku pernah jadi pelacur!”
Efek kalimat itu luar biasa, seolah semua suara tertelan ke dalam lubang hitam. Kegelisahan menyeruak. Elias mengerutkan kening, Azzuhri menggeser duduknya. Keduanya mendadak bingung bereaksi. Kirani mengulangi kalimat tadi dengan jeda, dan memang rasanya lebih dramatis.
“Aku… pernah… jadi… pelacur…”
Azzuhri menarik nafas, otaknya mendadak berkabut. Dia seperti memacu dirinya sendiri untuk bicara Ayolah, saya orang yang paling rasional di meja ini! dia merutuki diri sendiri. Dia melirik Elias yang ternyata sedang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil. Sementara Kirani tidak menghiraukan reaksi teman-temannya. Satu beban berat lepas, tapi sejauh mana aku bisa berdusta?
“Berapa… tarifmu?”