Meja Bundar

Hendra Purnama
Chapter #65

Bagian 63: EX AEQUO ET BONO

Elias tahu tangannya bersentuhan Kirani. Tapi dia tidak hendak menariknya, dia merasa momen ini terlalu berharga untuk ditepiskan begitu saja. 

Kirani… Kirani, ketika setelah sekian lama kami tak berdekatan, kini dalam jarak beberapa jengkal, seharusnya aku bisa memandang wajahnya, tapi aku memandangnya meski dunia memburam. Kirani. aku mungkin mencintainya, mungkin saat ini aku mencintainya berdasarkan fisik … terutama karena aku tak tahu lagi sifat nya, sepuluh tahun kita tak jumpa. Sepuluh tahun! Jika perubahan bisa berlangsung cepat, maka seperti apa Kirani yang sekarang aku tak tahu. Tapi pertanyaannya: apakah aku peduli dengan itu? Sejak kapan aku peduli pada hal-hal tidak kongkrit seperti itu? Tidak kongkrit, tidak bisa dijamah dan disentuh…

Tangannya bergetar, mulutnya terasa kering, dan nafasnya mulai terasa tertekan. Elias terpejam, menikmati setiap perasaan yang keluar dari tubuhnya, menggenggam tangan Kirani erat-erat, seolah dia tahu tak ada waktu lagi untuk melakukannya.

Malam ini akan selalu kuingat meski harus dengan hati yang perih, karena aku tahu ini bisa saja jadi malam terakhir kita. Ini bukan sebuah malam yang indah dengan sungai bintang menjalur di langit, ini adalah malam yang dingin dan mengigit, membawa kilatan belati menancap di sekujur badan. Malam yang sangat sialan. Kini Elias memaksakan diri membuka mata, tak jauh dari wajahnya, tampak Kirani bernafas satu-satu, wajahnya mulai membiru. Elias memejamkan mata, rasa sakit Kirani seolah terasa juga olehnya… aku tahu jantungnya belum berhenti berdetak, meski degupnya kini puluhan kali lebih cepat. Robek.Terluka, dan tampaknya akan susah sekali sembuh…

Lihat selengkapnya