Film yang diputar mundur memungkinkan kita membayangkan apa yang terjadi ketika waktu berjalan mundur: sebuah dunia di mana susu memisahkan diri dari kopi, meloncat keluar dari cangkir dan masuk kembali ke dalam panci susu; sebuah dunia di mana berkas-berkas cahaya bukannya memancar keluar dari sumber cahaya namun dipancarkan dari dinding-dinding dan menyatu dalam sebuah pusat, sebuah dunia di mana sebuah batu naik ke telapak tangan seseorang karena kerjasama menakjubkan dari banyak tetes air yang membuat batu itu keluar dari dalam air.
Dalam dunia di mana waktu berjalan mundur, proses di dalam otak dan cara memori kita mengumpulkan informasi pun bergerak mengikutinya. Hal serupa juga berlaku bagi masa lalu dan masa depan, dan bagi kita, dunia akan tampak seperti apa adanya.[1]
Semua masih belum jelas karena bukan berarti dunia tidak berjalan mundur atau maju, namun kita selalu melihat bahwa dunia tidak berjalan mundur karena otak kita tidak terbiasa dengan urutan kejadian demikian. Kita selalu beranggapan bahwa waktu selalu bergerak ke depan. Anggapan ini merupakan keputusan yang diambil di dalam otak kita padahal sesungguhnya kita tidak pernah tahu bagaimana waktu mengalir, atau bahkan tidak tahu apakah ia mengalir atau tidak.
Semua ini hanya menunjukkan bahwa waktu bukanlah fakta absolut melainkan hanya sebuah persepsi, dan beginilah sebuah persepsi dimainkan.