Azzuhri masih di ruangan yang sama, menatap layar TV, melihat video klip sebuah kelompok musik yang beranggotakan lima orang. Video klip lama, tapi dia selalu saja bergidik setiap menontonnya. Video klip itu bercerita tentang kelima musisinya menjadi kelompok orang terakhir yang masih hidup di bumi. Lalu entah bagaimana awal mulanya, tapi ada seorang gadis imut dan cantik—entah psikopat, entah alien, entah iseng—memburu mereka dari waktu ke waktu. Tentu dengan maksud membunuh mereka berlima.
Azzuhri terpekur, dia memandang layar, melihat perempuan imut itu melompat-lompat diantara tumpukan mayat—korban-korban yang berhasil dibunuhnya—dengan wajah polos, lucu dan menggemaskan. Kamu adalah orang terakhir di bumi, tapi sesuatu ingin membunuhmu.
Azzuhri merasakan dirinya seperti dilempar ke satu sisi realitas yang sejak lama tak dipahaminya. Dia mematikan TV, melirik jam tangannya, mati, di kamar itu tak ada jam dinding. Sejenak dia kebingungan, namun lantas tersenyum ringan Ah, waktu… bukan hanya realitas kehidupan, sebab kematian pun jelas memiliki waktunya masing-masing.
HP nya berdering, ada SMS masuk, dia membaca, menggelengkan kepala, tersenyum, dan membalasnya: “Time belongs to God. Akhir pekan depan saya akan datang ke tempatmu. Semoga kamu bahagia dengan Kirani.”
Setelah itu dia bergegas keluar, membiarkan pintu kamar tertutup dan mengunci dengan sendirinya. Seperti kenangan yang terkunci tak boleh keluar lagi. Lalu dia mengembalikan kunci ke resepsionis, keluar, menuju tempat parkir, menemukan mobilnya, masuk, menyalakan mesin, dan segera melaju.