Meja Otopsi

Fitriyani
Chapter #2

Chapter 2#Barak Seng

Lhoksukon, 1989.

Aceh mulai kembali bergetar. Setelah pulangnya para pemuda yang dilatih di Libya, kabar tentang serangan terhadap pos militer dan kepolisian menyebar dari mulut ke mulut. Malam-malam desa tak lagi sekadar gelap karena listrik yang jarang menyala, melainkan juga karena takut: takut pintu didobrak, takut suara letusan, takut nama mereka masuk daftar hitam.

Barak militer tempat Sena kecil tinggal,berdiri di pinggiran kota. Dindingnya dari seng, atapnya berisik setiap kali hujan menghantam, dan lantainya semen dingin yang tak pernah kering sepenuhnya. Di balik dinding tipis itu, kehidupan keluarga perwira militer bercampur dengan aroma keringat, karat, dan bisik-bisik strategi perang.

Ayahnya, Harun Malik, seorang perwira tinggi. Seragamnya selalu rapi, sepatunya berkilat, matanya keras bagai baja. Di depan pasukan, suaranya menggelegar. Di rumah, ia jarang bicara,tapi diamnya selalu menyisakan ancaman.

Ibunya berbeda: wajahnya sering sembab, matanya merah. Luka-luka di lengannya kadang disembunyikan di balik selendang. Dalam diamnya, ia berzikir lirih, seakan mencari perlindungan dari sesuatu yang tak terlihat.

Lihat selengkapnya