Meja Otopsi

Fitriyani
Chapter #5

Chapter 5# Luka Yang Kembali Sang Forensik

Banda Aceh, 2025.

Dua puluh tahun sudah berlalu sejak malam berdarah di barak seng. Sena kini bukan lagi anak kecil yang mematung di balik tirai, melainkan seorang dokter forensik senior di Rumah Sakit Umum Sultan Iskandar Muda,salah satu rumah sakit terbesar di Aceh. Ruangan kerjanya berbau formalin, penuh catatan autopsi, foto-foto medis, dan peta Aceh yang bertabur titik merah.

Di balik jas putih dan wajah tenangnya, Sena membawa sesuatu yang tidak terlihat: mimpi-mimpi buruk yang menolak pergi. Setiap kali menunduk di atas meja otopsi, ia selalu teringat tubuh ayahnya. Setiap luka baru seakan berbicara dalam bahasa lama, mengulang kembali malam hujan yang tak pernah selesai.

Namun ada satu momen lain yang membentuknya, bukan perang, melainkan bencana.

Tahun 2004. Sena remaja kala itu, baru memasuki usia belasan. Hari itu, lautan tiba-tiba bangkit, menelan kota. Gelombang tsunami menyapu rumah-rumah, jalan-jalan, bahkan wajah-wajah yang dikenalnya. Ia kehilangan sahabat, tetangga, bahkan keluarga jauh dalam hitungan menit.

Barak seng yang dulu ia tinggali sudah lama kosong, tapi trauma lain datang menggantikan.

Yang ia lihat setelah tsunami bukan hanya kehancuran, melainkan juga kedatangan orang-orang asing. Dokter-dokter dari berbagai negara berdatangan, dengan rompi sukarelawan dan stetoskop di leher. Mereka bekerja tanpa henti: mengangkat jenazah, mengidentifikasi tubuh, mengobati yang selamat, dan menangis bersama orang Aceh yang kehilangan segalanya.

Lihat selengkapnya