Blurb
Sejurus kemudian, sang kawan memperagakan adegan peperangan lagi, layaknya di film agen mata-mata yang sedang berlaga. Tak hanya membentuk pistol dari kedua tangan, ia merangkak di bawah kursi, menyusuri meja. Memasang peluru pada pistol imajiner. Mengintai, tetap merayap, ganti senjata untuk membidik jarak jauh. "Duaass!" Bunyi senapan penembak jitu jarak jauhnya.
Meski demikian, anak yang tak sekolah itu, sedang tak tertarik aksi kawannya. Sekadar berdiri memandangi lagi bingkai foto. Ia lebih cenderung menyenangi jawaban kawan. Jawaban kenapa pintar karena ternyata diajari bunda-bunda. Bagi si rambut jagung ini jawaban kawan membentuk sebuah impian, bahwa dirinya ingin membuat orang lain bisa pintar melalui perantara dirinya. Ia ingin jadi orang pintar, seperti bunda-bunda, berdaya memintarkan Panji yang menurutnya akan mudah jadi tentara. Maka, seperti bunda-bunda, kini dia ingin jadi guru.