Lantai satu dan dua bangunan ruko itu merupakan tempat produksi. Ada jejeran mesin jahit dan juga meja untuk memotong bahan pakaian memenuhi dua bagian bangunan. Sementara itu, lantai paling atas adalah kantor yang mengendalikan produksi dan penjualan.
Ada lima outlet brand Jasmine yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan di ibu kota. Secara berkala, Garneta menyambanginya sekaligus mencermati tren apa yang sedang diminati dan yang akan jadi booming kemudian.
Sesekali Garneta ditemani oleh Pelangi, sang bos. Namun, sekarang dan hari-hari kedepan Pelangi hampir tidak mungkin melakukannya lagi. Dari pesan yang selalu dikirim perempuan itu, Garneta bisa tahu, jika sakit yang diderita Pelangi cukup parah dan membutuhkan perhatian penuh untuk kesembuhannya.
Garneta memeriksa berbagai berkas dan memperhatikan dengan teliti displai toko. Data fisik penjualan dan pelayanan yang diberikan outlet ini sudah sesuai standar. Ia pun segera pamit kepada penanggung jawab toko untuk kembali ke kantor.
Sembari menunggu taksi datang, Garneta mengetik pesan kepada Ammar. Sang gadis hendak melaporkan susana outlet yang disambanginya.
Tampak sosok seorang pemuda berambut ikal pendek dengan senyum yang mengembang di foto profil kontak itu. Ammar. Garneta memandanginya sejenak, ia pun lantas ikut tersenyum bersama sang pemuda di dalam foto.
"Lewat jalan sini aja, Pak! Biar cepet dan ngga macet," terang Garneta kepada supir taksi.
Mobil pun berbelok ke arah kiri, menyusuri jalanan yang menjadi akses ke sebuah perumahan mewah yang sepi.
Taksi tiba-tiba berhenti. Tampak seorang lelaki menggedor-gedor kaca mobil di samping Garneta.
"Ada apa ini?" Garneta tak kalah kaget dengan sang supir taksi.
"Tolong gue...." Suara sang pria terdengar parau.
Dari balik kaca, Garneta bisa melihat, jika pria itu terluka. Segera ia membukakan pintu, lantas tanpa permisi si pria segera masuk dan merebahkan tubuhnya.
"Pak, pak, tolong, Pak. Ke rumah sakit!" Sang pria memberikan perintah.
Sebenarnya ingin sekali Garneta membantah dan meminta sang supir untuk tetap menuju kantornya. Namun, pria itu memang perlu pertolongan dan dalam kondisi darurat.
Sang pria bernama Kenzo. Badan tegap dan tubuh tinggi melengkapi keberanian yang sudah bersemayam dalam jiwanya. Namun, kali ini ia terpaksa melarikan diri dari lawan yang tidak sepadan dan berlaku culas.