AZAN Shubuh belum lama berkumandang di Jakarta. Ahad pagi, 1 Desember 2013 itu banyak orang masih terlelap. Gelap masih menggelayut di langit ibu kota. Jalanan lengang. Anies Baswedan sudah meluncur dalam mobilnya menuju Bandara Soekarno-Hatta, untuk bertugas ke Jawa Timur1. Pagi itu, pada pukul 05:19, Anies mengirim sebuah pesan di akun Twitter-nya:
“Jakarta masih gelap. Menuju Surabaya. Selamat pagi semua, sebagian kita justru harus kerja di hari Minggu, selamat bertugas!” tulis Anies di akun Twitter-nya (@aniesbaswedan).
Selain bahwa 1 Desember adalah Hari AIDS Sedunia, nyaris tak ada kejadian yang istimewa pada Ahad itu. Tetapi, kicauan (tweet) Anies tadi sudah bisa menarik puluhan orang hanya dalam hitungan menit. Sepanjang Ahad, 1 Desember itu saja, kicauan tadi digaungkan (retweet, biasa disingkat RT, atau direkicaukan) oleh 58 orang, dan beberapa pengikut yang juga memfavoritkannya.
Mereka yang kenal dengan Twitter paham bahwa jarang ada kicauan, apalagi pada hari ketika banyak orang sedang beristirahat, yang digaungkan sebegitu banyak. Sejauh pengamatan penulis, banyak tokoh yang kita kenal sering “berkicau” (nge-tweet) di akun Twitter-nya, tetapi jarang kicauan mereka digaungkan sebanyak itu. Tetapi, Anies beda. Kicauannya di Twitter bukan saja banyak mendapat tanggapan dari pengikut (follower)nya, melainkan juga amat sering digaungkan para pengikut itu. Bahkan, banyak di antaranya digaungkan ratusan kali.
Contohnya adalah tweet yang ditulis Anies pada 5 Desember 2013 ini:
@aniesbaswedan: Relawan itu tak dibayar bukan karena tidak bernilai tapi karena tak ternilai. Selamat Hari Relawan ...! http://www.turuntangan.org. 5 Desember 2013, 11:33
Hingga 5 Desember 2013, pukul 17:25, kicauan untuk memperingati Hari Relawan itu telah digaungkan 355 kali dan 25 favorit. Hari berikutnya, gaung itu makin bergema. Pada 6 Desember 2013, pukul 20:27, jumlah RT naik menjadi 386 orang (dan mendapatkan 29 favorit). Terus begitu, hingga pada 8 Desember 2013, jumlah gaungnya mencapai 389 kali dan menangguk 30 favorit.
Satu lagi kicauan yang ramai digaungkan orang hingga 8 Desember 2013 adalah kicauan Anies mengenai Nelson Mandela, negarawan asal Afrika Selatan yang wafat pada 5 Desember 2013. Pada 6 Desember 2013, Anies menulis tweet di bawah ini sambil menyebut (mention) rekannya, @ReneCC:
@aniesbaswedan: “Dia diganjar penjara 27 tahun karena melawan kebodohan ... @ReneCC: Tulisan ttg Mandela >> http://aniesbaswedan.com/PialaDuniaTrofiBagiMandela ….” 6 Desember 2013, 11:12
Kicauan yang (hingga 8 Desember 2013 pagi) digaungkan 117 kali dan mendapatkan 26 favorit itu merujuk pada tulisan Anies sendiri tentang Mandela yang pernah dimuat harian Kompas, 19 Juli 2010 (dengan judul Piala Dunia, Trofi Bagi Mandela), dan kemudian ditayangulangkannya dalam blog aniesbaswedan.com pada hari wafatnya sang peraih Nobel.
Seringnya orang menggaungkan kicauan Anies itu karena tulisannya enak dibaca, orisinal, dan penuh makna. Tweet Anies pada 1 Desember 2013, misalnya, juga mendapat respons banyak orang, termasuk dari seorang pengikut Anies, Pandji Pragiwaksono. Pemilik akun @pandji itu menulis, “@aniesbaswedan Genjot terus Paaak! :)”. Dan Anies pun kembali merespons, tetapi, sebagaimana biasa, lagi-lagi dengan isi yang berbobot.
@pandji Sip. Kata Genjot TOP! Genjot sepeda itu harus pakai tenaga sendiri, cuma bisa gerak maju, tanpa polusi, tak kenal arah mundur. Siap Bro! 1 Desember 2013, 06:10
Tanggapan yang ditayangkan Twitter Anies itu kembali mendapat respons dari belasan pengikutnya. Tentu itu karena isinya yang bermakna dan jernih. Dari kicauan itu saja, kita bisa menilai bahwa Anies sengaja membahas sebuah kata yang buat orang lain mungkin tampak sederhana. Dia seperti mendapat inspirasi menjelaskan kata “genjot” yang dipakai @pandji—kemudian membahasnya dengan memberikan makna ke dalamnya: makna positif, kemandirian. Makna pergerakan. Itulah Pembaca, salah satu alasan mengapa buku ini ditulis. Ribuan kicauan Anies yang kita baca di Twitter selama ini membawa makna, mendidik dan memotivasi banyak orang. Kicauan-kicauan itu, sebagaimana diakui banyak pengikutnya yang kita tulis di bagian lain buku ini, jernih, menggugah, dan menyembulkan optimisme bagi pembacanya.
Anda bisa melihat bahwa sebagian besar dari 7.534 tweet Anies hingga 8 Desember 2013 (dan meningkat jadi 7.800-an tweet pada 8 Januari 2014 dengan follower mencapai 360 ribu lebih) di twitter itu, sebagian besar sarat dengan pencerahan, optimisme, atau semangat yang “menggerakkan” orang lain, dan ratarata ditulis dengan bahasa yang segar dan lugas.
Contohnya kicauan di atas tadi. Juga yang satu ini: