Melancholie

GRISZY
Chapter #1

My Guardian Angel, Papi.

Hujan turun membasahi bumi sore itu. Hujan adalah salah satu hal yang tidak disukai Keira. Gadis mungil bernama lengkap Keira Fuschia Harris ini berusia 15 tahun. Ia memiliki paras hampir sempurna seperti putri di negeri dongeng. Cantik, putih, tinggi, badan proporsional, rambut hitam legam dan punya senyum menawan. Hampir sempurna bukan? Tapi manusia tetap saja manusia, tidak ada yang sempurna. Mudah galau jadi kelemahan Keira. Apalagi saat melihat hujan seperti ini. Ingin sekali ia berjalan dibawah rintikan air itu agar tidak ada yang melihatnya menangis. 

"Sayang, ayo cepat naik ke mobil. Nanti tubuhmu basah", seru seorang wanita paruh baya sambil membawakan payung untuk anaknya.

"Nak, ini hujan, berteduh dulu sebentar sampai hujan reda ya. Ayah lupa bawa jas hujan untukmu", kata orang lain lagi.

Aku iri! batin Keira terus berontak. Sampai ada tangan melingkar di pundak nya. Wangi badan seseorang itu tidak asing untuk Keira.

"Keira...", panggil seseorang pemilik tangan itu.

"Papi..."

"Sejak kapan papi disini?", tanya Keira kepada pria berusia 30an itu.

"Papi sampai sini sebelum kamu keluar. Papi nunggu di belakang sana. Terus Kei ucuk ucuk jalan. Papi mau lihat kesayangan papi ini ngapain. Ternyata melihat teman temannya ya?"

"Maaf papi", jawab Keira lesu.

Keira meminta maaf kepada laki laki itu sambil menunduk dalam. Senyum tipis tersungging di wajah tampan itu.

"nggak apa apa sayang. Papi tau kenapa anak papi begini. Mau nangis kah? Di mobil aja yuk. Biar cowok yang naksir Kei nggak ngejek karena liat princess nya cengeng", godanya.

"Papi Kenan!" Gadis itu mendongakkan kepala dan melotot ke arah papi nya.

Ya, laki laki bernama lengkap Kenan Adzkhan Harris yang Keira panggil dengan sebutan papi itu memang suka sekali menggodanya. Tapi itulah cara Kenan membuat mood sang anak kembali lagi. Ia paham betul bahwa Keira tidak suka diejek seperti itu. Naksir naksiran tidak ada di kamus Keira. Padahal Keira bisa dibilang salah satu primadona sekolah elite di kota London tersebut. Di satu gedung sekolahan itu, siapa yg tidak mengenal Keira? Hampir tidak ada. Semua siswa siswi, guru dan staff mengenal Keira.

Bukan hanya karena Keira adalah siswi populer. Kenan, sang papi juga merupakan donatur di sekolah itu. Juga banyaknya prestasi yang Keira raih makin melejitkan namanya.

"hehehe yaudah ayo, naik ke mobil. Papi belikan eskrim mau nggak?", Tanya nya sambil terus terkekeh.

"Eskrim? Papi nggak kerja?"

"Kerja? Apa itu sayang? Makanan jenis apa itu? Apa rasanya asin? Asam? Manis?"

"Permen nano nano kali ah!", jawaban penuh penekanan Keira membuat papinya terbahak-bahak. Mereka sontak jadi pusat perhatian di gerbang sekolah itu.

"Moma, mereka harmonis banget ya. Kapan aku begitu sama Popa?", tanya seorang anak pada ibunya.

Kenan yang mendengar itu berbangga diri. "Denger, Kei? Mereka sirik hihi", katanya kepada Keira sedikit berbisik. Keira hanya melirik orang yang sedang dibicarakan papinya. Ia pun memutuskan menarik tangan sang papi dan berlari menuju mobil mewah berwarna biru gelap kesayangan papi nya itu.

Kenan melajukan mobil setelah Keira memasang seatbelt nya dengan benar. Sisa air hujan di seragam Keira terkibas oleh tangan si gadis. Sambil memastikan air sudah tidak ada di baju, Keira bertanya, "Papi bener nggak kerja lagi?"

"Kerja dong sayang. Tapi besok lah. Sekarang waktunya papi nemenin Kei. Emang gk bosen ditemenin bibi dirumah?"

"Ya, bosen sih, pi."

"Kalau udah bosen banget kan Kei chat papi biar pulang. Huh! Coba aja kita tinggal di Kanada pi, pasti Kei di temani tante Queen. Atau ke Jepang biar ditemani aunty Franda", Keira terus berceloteh.

"Kei mau pindah?"

Pertanyaan papi membuat Keira diam. Rasa bersalah hinggap disana. Pasalnya bukan cuma Keira yang sebenarnya tidak betah, Papi Kenan pun pada dasarnya enggan berada di Kota itu. Papi membangun kantor cabang di London dengan alasan pelarian. Yaps, berlari dari masa lalu. Masa lalu dengan siapa? Hmm, nanti kita telusuri.

Keira hanya diam, tidak ingin memperkeruh suasana. Rintikan hujan terus menetes. Ingin rasanya Kei menangis saat itu juga. Tiba tiba tangan besar nan kekar mendarat di ujung kepala Kei dan sedikit mengelus rambut basah itu, "Kalau Kei mau pindah, akan papi urus semua. Apapun yang bikin Keira bahagia, akan papi kejar. Jadi, kalau mau pindah, bilang papi ya sayang ya?"

"Papi--", Keira menyambar tangan papi dan mencium punggung tangan itu.

"Its oke, honey"

Air mata kali ini tidak dapat ditahan Keira. Ia tempelkan telapak tangan itu di pipinya. Kenan menepikan mobil. Penyapu air di kaca depan terus bergerak statis ke kanan dan ke kiri.

Klik! suara kunci seatbelt Keira terdengar sebelum Kenan menarik tubuh mungil gadis itu.

"Papi, Kei kangen mami.."

Lihat selengkapnya