"Emang apa pentingnya buat kamu namaku?" tanya Nachia, alisnya sedikit berkerut dam matanya menyipit penuh rasa ingin tahu.
"Seenggaknya gue bisa nyari lu kalau misalnya kenapa-kenapa." Suaranya terdengar lebih lembut sekarang, seakan ada sedikit kekhawatiran yang coba dia tutupi.
"Aku nggak apa-apa." Nachia menghela napas, menatap lantai sebentar sebelum melanjutkan. "Tadi emang lagi pusing aja, terus ada hal lain yang bikin aku sedih. Bukan karena kamu juga kok."
Laki-laki itu mengangguk pelan, tetapi masih menyisakan raut penasaran di wajahnya. "Yaudah. Terus maksudnya pelukan tadi apa?" Dia menatap Nachia lebih tajam. "Lu suka sama gue?"
Nachia mendongak cepat, alisnya berkerut. "Nggak." Nada suaranya meninggi, terselip ketidaksabaran. "Emangnya kalau meluk gitu tandanya suka?"
"Iya, lah. Ngapain kalau nggak suka tiba-tiba meluk gitu?" Kevin menatap Nachia dengan alis terangkat, bibirnya menyunggingkan senyum tipis, seolah menantang.
Nachia mendengus pelan, matanya memutar ke arah lain. "Nggak, aku nggak suka sama kamu. Aku juga nggak kenal sama kamu. Gimana ceritanya orang nggak kenal bisa suka gitu?"
Kevin menyandarkan tubuhnya ke dinding, tangannya disilangkan di dada. "Di sekolah ini aja mayoritas kenal gue. Berarti lu siswa pindahan yang diomongin sama anak-anak basket."
Nachia mengernyit. "Hah, diomongin?"
Alih-alih menjawab, Kevin mendorong tubuhnya dari dinding dan merapikan tas di bahunya. "Gue mau balik dulu ke kelas." Dia berbalik lalu berhenti sejenak. "Oh iya, nama gue Kevin."
Kevin meraih gagang pintu, membukanya tanpa banyak bicara. Tanpa menoleh atau menunggu reaksi dari Nachia, dia melangkah keluar dan menutup pintu dengan satu dorongan ringan.
Hening.
Ruangan UKS yang sejak tadi terasa sesak kini menyisakan keheningan yang sedikit menekan. Tidak ada siapa pun di sini, tidak ada perawat atau guru piket yang berjaga. Hanya ranjang kosong dengan sprei putih kusut dan aroma antiseptik yang samar-samar menguap di udara.
Nachia menarik napas dalam, menepuk pipinya pelan untuk mengembalikan fokus. Jam pelajaran sudah berjalan lima belas menit, dan dia tidak bisa membiarkan dirinya semakin terlambat. Dengan langkah tergesa, keluar dari ruangan, bersiap menghadapi tatapan guru dan teman-teman sekelasnya.
Begitu Nachia melangkah masuk, suasana kelas sudah dipenuhi suara guru yang menjelaskan materi sejarah. Di papan tulis, beberapa poin penting tentang peran aktif Indonesia dalam Perang Dingin telah tertulis rapi dengan kapur putih.
Dia melangkah pelan menuju tempat duduknya, berusaha menghindari tatapan guru yang hanya meliriknya sekilas sebelum melanjutkan penjelasannya. Namun, begitu dia duduk dua pasang mata langsung menatapnya tajam.
"Lu tadi kok bisa meluk-meluk Kevin?" tanya Adel, nada suaranya terdengar sedikit ketus.
Nachia mengerutkan kening. "Aku cuma mikir kalau meluk aja dia bisa luluh. Soalnya aku nggak enak, kan udah nabrak dia."
Onil mendengus pelan, menyilangkan tangan di dada. "Masalahnya, yang lu lakuin bikin heboh satu sekolah. Lu nggak kepikiran ke situ?"
"Karena dia terkenal gitu?" Nachia balik bertanya.
Adel menatapnya seolah tidak percaya. "Pertama, iya. Kedua, karena lu juga meluk dia di sekolah. Ini sekolah, Nachia, bukan taman atau tempat privat buat lu bucin sama cowo lu."
Nachia nyaris tersedak. "Kok cowo aku?"
"Ya, umumnya sih orang bakal mikir lu pacaran sama dia. Apalagi, jarang banget ada adegan kayak gitu di sini. Palingan cuma di sinetron atau drakor."
Nachia tetap diam. Tidak ada jawaban yang bisa dia berikan. Dia menunduk dan memainkan ujung lengan seragamnya sambil merenung. Apakah tindakannya tadi menyalahi aturan tak tertulis di sekolah ini?
Di sekolah lamanya, pelukan bukan hal yang aneh—bentuk spontan dari permintaan maaf atau sekadar memberi dukungan. Tapi di sini? Tatapan heran dan gumaman sepanjang koridor tadi cukup menjelaskan bahwa kultur di sekolah barunya berbeda.
"Kalian bertiga, maju ke depan sekarang juga!" Suara lantang seorang wanita berbadan besar menggelegar, membuat seisi kelas terdiam. Nachia, Onil, dan Adel spontan saling bertatapan, kaget bukan main.