Sudah seminggu sejak pembentukan kelompok untuk penelitian tentang kegunaan relativitas umum. Kini, giliran kelompok satu berdiri di depan kelas, dengan sedikit gugup namun penuh percaya diri.
Mei sebagai melangkah maju ke depan papan tulis, menatap kelas sambil menghela napas pelan.
"Selamat pagi teman-teman sekalian," ucapnya sambil tersenyum. "Saya bersama tim telah mendiskusikan dan menyusun hasil penelitian tentang topik presentasi kali ini, yaitu relativitas umum dan kegunaannya dalam kehidupan modern."
Dia melirik ke arah timnya. Riri menggenggam kertas naskah di tangannya, Jane memeluk laptopnya erat-erat, dan Nachia serta Rista sudah siap di sisi kanan proyektor dengan slide tambahan.
"Pertama-tama, kita mulai dari latar belakang mengapa teori relativitas umum dicetuskan. Untuk bagian ini, aku persilakan Jane."
Jane melangkah maju, lalu mengangguk kecil ke arah kelas. Suaranya tenang dan fokus.
"Albert Einstein mencetuskan teori relativitas umum pada tahun 1915 karena ia merasa teori gravitasi Newton tidak mampu menjelaskan beberapa fenomena alam, salah satunya pergerakan orbit planet Merkurius yang tidak sesuai prediksi. Einstein ingin menciptakan teori yang bisa menjelaskan gravitasi dalam skala besar—seperti pergerakan planet dan bintang—dengan cara yang lebih mendasar dan menyeluruh."
Slide pertama muncul, menampilkan wajah Einstein dengan kutipan ikonik: "Imagination is more important than knowledge."
"Einstein membayangkan bahwa ruang dan waktu itu bukan dua hal yang terpisah, tapi satu kesatuan yang disebut ruang-waktu. Benda bermassa besar akan membengkokkan ruang-waktu di sekitarnya, dan benda-benda lain akan bergerak mengikuti lengkungan itu. Itulah yang kita sebut sebagai gravitasi."
Mei mengambil alih lagi.
"Setelah latar belakang dan prinsip dasarnya, aku akan menjelaskan inti dari teori relativitas umum secara singkat."
Slide kedua muncul, memperlihatkan ilustrasi trampolin dan bola besar di tengahnya.
"Teori ini menyatakan bahwa gravitasi bukan gaya tarik seperti yang dijelaskan Newton, melainkan efek dari lengkungan ruang-waktu yang disebabkan oleh massa. Contohnya, cahaya dari bintang bisa dibelokkan jika melewati benda sangat besar, seperti lubang hitam. Hal ini telah dibuktikan secara observasi pada tahun 1919 saat gerhana matahari."
Kini giliran Rista dan Nachia maju bersamaan. Rista memulai dengan suara mantap:
"Teori ini memang terdengar rumit, tapi manfaatnya sangat dekat dengan kehidupan kita. Salah satu contohnya adalah teknologi GPS. Satelit GPS mengorbit di ketinggian dan kecepatan tinggi, sehingga waktu di sana berjalan sedikit lebih cepat dibandingkan di permukaan Bumi karena efek relativitas. Kalau tidak diperhitungkan, posisi GPS bisa meleset beberapa kilometer."
Nachia melanjutkan, "Selain GPS, relativitas umum juga penting dalam mempelajari gelombang gravitasi, seperti yang baru-baru ini terdeteksi oleh LIGO. Penemuan ini membuka jalan untuk memahami peristiwa besar di alam semesta, seperti tabrakan lubang hitam."
Rista menambahkan, "Dan tak hanya itu, teori ini juga digunakan dalam pemetaan gravitasi bumi, pengamatan kosmologi, bahkan pengembangan teknologi navigasi luar angkasa."
Akhirnya, Mei maju kembali ke tengah untuk menutup presentasi.
"Jadi, dari latar belakang sejarah, prinsip dasar teori, hingga aplikasinya dalam teknologi modern, kita bisa simpulkan bahwa relativitas umum bukan sekadar teori fisika rumit. Tapi dia adalah fondasi dari banyak teknologi canggih yang kita manfaatkan setiap hari."
Mei tersenyum.
"Sekian presentasi dari kelompok satu. Terima kasih atas perhatiannya, dan kami terbuka untuk pertanyaan."
Tepuk tangan pun mengisi ruangan, dan beberapa tangan mulai terangkat.
***
"Kalian berempat akan bertemu di ruangan saya nanti. Ada seleksi yang akan dilakukan, dan dua dari kalian akan dipilih untuk mewakili sekolah ini di ajang nasional."
Mereka semua bersorak gembira. Tidak peduli jika nantinya ada persaingan, yang penting presentasi mereka berhasil. Itulah sebabnya guru mereka memutuskan untuk mengadakan seleksi.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, mereka sepakat untuk pergi ke kantin sebagai bentuk apresiasi diri setelah presentasi. Tidak ada yang mewah, tapi cukup untuk melampiaskan kesenangan dengan makan bersama.
Sekarang mereka sudah berada di kantin. Situasi di kantin agak ramai, namun di sebelah kanan dari arah mereka datang, ada sebuah meja yang sudah dipenuhi empat kursi kosong. Itu sepertinya meja yang disediakan khusus untuk mereka—mereka yang berhasil tampil memukau dalam presentasi tadi.
Meja itu kini sudah terisi oleh mereka, dan Mie Ayam Bakso menjadi pilihan mereka untuk menikmati momen kecil ini bersama.
"Kalian semua hebat, teman-temanku," ungkap Mei, masih terpesona dengan penampilan mereka tadi.
"Tapi Mei, ini semua karena kamu. Kita cuma ikut-ikutan kamu aja kok," balas Rista, tidak ingin Mei merendahkan dirinya terlalu banyak.
Riri juga menimpali. "Tapi teman baru kita juga kebetulan sangat pandai, loh," katanya sembari menyenggol tangan Nachia yang sedari tadi hanya diam saja.
Nachia sedikit terkejut. "Eh, iya. Aku cuma kebetulan aja kok. Kalian yang baik banget mau terima murid baru kayak aku."
"Dimana-mana, teman baru harus dibantu, dong, Nachia," balas Mei.
"Iya," jawab Nachia, "Aku punya pengalaman buruk di sekolah lamaku. Jadi, aku nggak kuat dan terpaksa pindah ke sini. Risikonya, aku nggak bisa masuk perguruan tinggi negeri pake nilai rapot. Jadi, satu-satunya yang bisa aku perjuangkan cuma ikut ujian aja."