MELATI BERDURI

MUHAMMAD HIDAYAT TANJUNG
Chapter #2

Perkenalan

1.

Jadi baiklah, kita lanjut.

Kiw. Perkenalkan aku, Bagaskara Putra Devindra dan aku biasa dipanggil Bagas. Aku anak terakhir dari 3 bersaudara. Aku memiliki 2 orang kakak perempuan yang bernama Adhisti Putri Devindra dan Swastamita Putri Devindra. Aku hadir di dunia ketika Indonesia diguncang perubahan arah. Dari Orba (Orde Baru) ke Reformasi. Sayangnya saat itu aku masih bayi, kalau tidak pastinya aku sudah ikutan demo juga bareng mahasiswa lainnya. Hehehe. Aku lahir pada bulan September. Kalau kata orang-orang, ayah dan mama ku sedang memproduksi aku di malam tahun baru. Hahaha. Ada saja. Aku berzodiak virgo. Tapi jujur aku ga percaya zodiak. Itu musyrik. Cukup percaya sama Sang Pencipta dan Orang tua saja, selebihnya hati-hati. Hahaha.

Aku suka melalukan apapun atas keinginanku. Contohnya pelajaran matematika. Aku tidak suka, jadi aku tidak mau mengerjakannya. Bukan karena aku malas atau seperti apa yang kalian pikirkan, tapi itulah aku. Aku tidak suka di suruh-suruh. Enak saja!. Tapi bagaimana juga itu bukan suatu pembenaran. Itulah yang aku pikirkan. Sampai-sampai dulu mama ku pernah memanggil guru les private untuk mengajari aku matematika karena nilai ulangan aku 50, jujur ku katanya lagi aku tidak suka, guru tersebut hanya bertahan 1 bulan. Aku nakal katanya. Aku bukan nakal, tapi memang ku sengaja agar guru tersebut tidak nyaman. Hahahaha.

Mama ku hanya mengeleng-gelengkan kepalanya. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sejujurnya aku sedih, sebab mama ku sudah berupaya untuk anak-anaknya, tapi aku lebih sedih lagi kalau aku belajar matematika. Karena menurutku matematikan itu mengerikan. Mematikan bukan matematika.

Aku lebih senang pelajaran sejarah, ilmu sosial, bahasa indonesia, bahasa asing, seni dan sastra, apalagi pelajaran agama. Dulu aku berpikiran ketika aku paham agama aku bisa jadi nabi. Ternyata salah. Tuhan marah kalau itu. Hahaha. Intinya semua pelajaran aku suka, kecuali yang ada angkanya, hitung-hitungan aku tidak suka. Makanya aku kuliah ngambil jurusan Imu hukum. Walaupun ada juga soal hitung-hitungan di ilmu hukum waris tapi aku ga peduli. Sampai aku berfikir, ‘yang punya harta siapa, yang pening siapa’. Hahaha.

Jujur saja, aku sangat dimanja sama mama ku. Karena aku anak lelaki satu-satunya yang dinantikan mama ku. Dulu aku sering main boneka sama kakak ku, tapi bukan berarti aku tidak suka wanita. Kalian salah. Itu dikarenakan tidak ada kawan ku selain kakak ku. Tapi itu dulu. Jauh sekali. Kalau tak salah ingat, saat aku masih TK. Aku dengan kakak ku kedua cuma kelang umur 2 tahun dan dengan kakak ku yang pertama 5 tahun.

Kukatakan sekali lagi aku masih normal. Kadang aku juga ngajak ayah main bola di pekarangan rumah, kadang juga mengajak teman sekolah ku berkelahi. Saat itu dia mengejek aku dengan sebutan BagasKera yang artinya BagasMonyet. Aku tidak senang, langsung saja ku pukul dia dan dia nangis merengek-rengek. Aku juga suka teman sekelasku namanya Mei Lien. Dia keturunan China. Menurutku dia imut apalagi saat dia tersenyum dengan lesung pipinya. Sungguh indah menurutku.

Aku menganggap diriku seorang pembaca yang baik. Tapi aku hanya membaca buku-buku fiksi, seperti novel, dongeng-dongeng dan tak lupa kisah 25 Nabi dan Rasul. Sebab menbaca kisah Nabi dan Rasul aku sedikit banyaknya mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan. Aku suka sekali rasanya. Apalagi itu tentang hal-hal yang baik dan itu jugalah yang membuat aku ingin menjadi Nabi. Tapi ga jadi. Ga perlu lagi ku jelaskan kenapa tidak jadi. Hahaha.

Saat itu aku sudah duduk di bangku SD. Kalau tidak salah kelas 2. Biasanya aku membaca di ruang keluarga dibarengi dengan teh atau susu dan beberapa snack. Mama juga ada disitu. Dia sedang menulis lagu ciptaanya. Mama ku adalah seorang musisi. Tapi anehnya dia adalah lulusan S1 Psikologi, kenapa tidak mengambil saja yang sesuai dengan bidangnya. Tapi begitu, banyak fenomena-fenomena seperti itu, buktinya kawan aku lulusan S1 Ilmu Agama kerjanya sekarang jadi admin slot (judi online) Hahaha. Ini bukan cuma kerjaannya yang salah, cara berpikirnya pun salah.

“Ma, Bagas suka kali lo sama cerita nabi-nabi ini. Mereka baik-baik kali jadi orang. Bagas nanti jadi orang baik jugalah. Biar sama kaya mereka. Jadi Nabi”

“Astagfirullah….”. Mama merespon dengan kaget. Saat itu aku masih kecil jadi aku bingung kenapa mama mengucapkan istigfar, sekarang aku udah tau dan aku ketawa membayangkan hal itu lagi. Hahaha.

 

2.

Sekarang aku mau bahas tentang mama. Memang tidak terlalu penting, tapi aku rasa ini dapat menambah detail cerita yang lebih konkret dan komplit.

Lihat selengkapnya