1.
Pagi ini sedikit mendung. Tapi aku berharap jangan sampai hujan, apabila hujan maka Ujian Akhir Semester pun di tunda minggu depan. Sangat menyebalkan rasanya. Aku ingin hendak pulang kampung. Sudah rindu dengan mama, ayah, kakak, dan semuanya yang ada disana.
Aku bergegas mandi seyara menunggu Ipul, teman satu kost ku yang sedang mandi. Aku duduk di depan kost sambil menikmati kopi yang sebelumnya sudah aku buat dan seperti biasa ditemani oleh sebungkus rokok. Aku menikmati pagi itu rasanya. Ditambah udara yang dingin akibat cuaca mendung. Aku merasa memeluk alam saat itu. Hahaha. Berlebihan sekali.
“Gas! Dah siap aku. Lanjutlah kau. Oiya, air tinggal sikit tu”.
“Ok pol”.
Setelah selesai mandi, aku langsung saja berbenah dan segera berangkat. Aku tidak langsung ke kampus, aku ke kantin dulu untuk mengisi perut.
Hujan turun. Syukurnya aku sudah tiba di kelas dan kelas pun tetap berlanjut sampai pelajaran selesai. Hujan tak kunjung reda. Aku dan para mahasiswa lainnya pun sedang menunggu hujan. Ada yang sibuk mengerjakan tugas, ada yang sibuk berghosip, ada yang merokok diluar kelas, ada juga yang sibuk sendiri. Hahaha.
Aku lebih memilih merokok di luar bersama teman yang lain. Saat itu hujan semakin lebat. Aku merokok di depan pintu. Tempias air hujan mengenai aku karena kencangnya angin.
“Makin deras hujannya. Lama lah ini”. Gumam Rio yang tadi didalam kelas berjalan menuju ku. Aku tak menggubrisnya. Aku lebih menikmati apa yang terjadi.
“Ehh Gas, ada rokok lagi enggak?”. Lanjutnya sambil menepuk pundak ku. Aku langsung saja mengeluarkan rokok dari saku jaket ku.
“Makasih ya…, nanti aku ganti”.
“Santai bro”.
Satu jam kemudian hujan pun reda. Aku langsung saja bergegas pulang ke kost. Sesampai di kost aku mengemas barang-barang. Aku akan pulang kampung.
Saat aku sedang berkemas, Rinal datang ke kamarku. “Gas, kau udah mesan tiket?”. Aku menjawab “belum”. Rinal membakar rokoknya dan kemudian mengajak ku nanti sore untuk memesan tiket. Aku setuju.
2.
Kami berangkat tengah malam dengan jadwal keberangkatan pukul 00.00 WIB.
Kami diantar teman-teman kost yang lainnya ke terminal. Tapi sebelum itu, kami sempati untuk nongkrong dahulu. Barang-barangnya aku dan Rinal kami titipkan dulu loket bus.
“jadi duduk dimana kita?” Ucap Syarul seraya menyalakan motornya.
“Di jalur aja”. Sahut Kribo. Jalur yang dimaksud adalah nama tempatnya. Model tempatnya jualannya seperti angkringan gitu yang berjualan dipinggir jalan.
Tak menunggu lama, kami langsung bergerak ke sana. Setibanya di sana kami tidak sengaja bertemu dengan Ijol. Dulunya dia adalah teman satu kost, tapi sekarang sudah pindah dan jarang lagi bermain dengan kami.
“Kemana aja jol?” Ucapku bermaksud basa-basi.
“Enggak ada lah. Sini-sini aja lah kita” Balasnya.
“Sendiri aja jol?”. Ujar Kribo.
“Tadinya. Sekarang dah rame. Soalnya kelen dah datang”. Jawabnya meledek.
“Hahahaha”. Semua tertawa.
Kami membahas apa aja. Mulai dari perkuliahan, wanita, sepak bola, bok*p, sampai di ending ngebahas agama. Biasanya kami ngebahas kisah suri tauladan 25 Nabi dan Rasul. Sebagai penutup dosa atas pembahasan-pembahasan kami sebelumnya. Hahaha. Pokoknya apa saja kami bahas, bahkan sekalipun itu tidak perlu dibahas kami bahas. Tapi menurut ku itu seru. Moment-mement seperti itulah tidak dapat kita lupakan pastinya. Aku begitu, tidak tau dengan kalian. Itu kalian gimana enaknya ajalah pokoknya. Hehehe.
Tak terasa waktu keberangkatan telah tiba. Syahril dan Kribo mengantar kami berdua. Aku yang berboncengan dengan Kribo dan Rinal dengan Syahril. Sisanya menunggu di jalur.
“Udah yok cepat. Nanti berangkat pula busnya” Ujar Rinal sambil naik keatas motor. Langsung saja kami bergegas. Untung saja kami masih sempat. Kalau telat sedikit, bus sudah pasti berangkat.
“We, makasih. Titip salam buat semuanya”. Ucap aku dan Rinal yang turun dari motor dengan tergesa-gesa naik ke bus.
“cepat sikitttttt….” Sahut kondektur bus.
“Iya bro. Santai hati-hati kelen ya”. Balas mereka yang kemudian langsung pergi.
Kami lebih suka naik bus malam hari dikarena pagi sudah sampai rumah. Terlebih perjalanannya yang cepat dan kami hanya perlu tidur saja, bangun-bangun udah sampai rumah. Pernah saat itu aku berangkat pagi. Sekitar pukul 10an, sampainya 9 malam, sementara kalau malam hanya perkiraan waktu 5-7 jam saja.
3.
Pagi ini rasanya cukup segar. Ayah sudah menunggu kami tiba, yang sebelumnya aku mengabarin ayah agar di jemput di terminal.
“Sehat Om?” Ujar Rinal sambil menyalim tangan ayah ku.
“Alhamdulillah sehat” Balas ayah. “ Dah yok, naik.”
Sepanjang perjalanan pulang ayah menanyakan kabar kami disana bagaimana, tentang perkuliahan, sampai pacar pun ditanya. Andai saja ayah tau kalau anaknya ini jomblo. kan aku jai malu. Hahaha.
“Loh kemana yah?” Ucap ku ke ayah yang tiba-tiba berhenti di depan kedai.
“Sarapan dulu lah. Pasti lapar kalian”. Jawab ayah sambil keluar dari mobil.
Saat sedang makan, ayah bertemu dengan seorang pegawai kejaksaan. Mungkin itu temannya. Mereka membahas pekerjaan. Saat itu yang aku dengar. Tapi tidak terlalu aku hiraukan. Karena tidak baik kita menguping pembicaraan orang lain dan aku lebih memilih makan saja saat itu.
Setelah sarapan, kami bergerak ke rumah Rinal mengantarnya pulang.
“Om... Makasih banyak ya. Hati-hati om, gas”. Ujar Rinal sambil keluar dari mobil.
“Siapppp”.
Sesampai rumah. Aku langsung saja memeluk mama ku. Terlampau rindu sudah.
“Ma…, mama masak gulai ga?” Tanyaku saat memeluk mama.
“Masak dong. Kan Bagas pulang, makanya mama masakin. Spesial” Jawab mama.
Tak pikir panjang, aku langsung lari ke dapur. Mengambil nasi dan siap menyantap masakan mama. Aku suka sekali gulai ikannya. Apalagi ditambah sambel cabai. Beuhhhh, rasanya tak tertandingin.
“Bersih-bersih dulu dong nak”. Ujar mama saat melihat ku yang sedang mengambil nasi. “Nanti aja ma”. Sebenarnya aku sudah kenyang karena sarapan pagi tadi, tapi ga tau kenapa, saat ada gulai mama tiba-tiba perutku terasa lapar. Mungkin cacing diperut aku makannya banyak jadi cepat habis dan buat aku lapar lagi. Hahahaha.
Aku makan sangat banyak. Aku merasa ngantuk. Sebelum tidur, aku mandi untuk membersihkan diri dan membuat tidurku lebih nyaman saat badan bersih.
“Nak. Bangun lagi, udah sore”. Ucap mama yang membangunkan aku di ranjang.
“Hmm, iya ma. Ntar lagi”. Balasku melindur.
“Ayo dong bangun. Iya belanja yok. Temanin mama”. Lanjut mama yang berusah membangunkan aku. Kemudian aku bangkit dari tidurku sambil melihat jam. Aku juga melihat handphone ku. Sudah banyak pesan (WhatsApp) masuk dari teman-temanku mengajak nongkrong. Saat itu sosial media WhatsApp sudah ada.