Kita semakin tua, tapi masih sibuk mencari makna "ada".
SEBERAPA besar kehilangan orang tersayang mengubah hidupmu?
Di kepalaku, masih ada ikan-ikan yang mencari-cari kunang-kunang. Ia menelusuri satu persatu kenangan, merayakan kehilangan, bersorak gembira atas kematian. Entah sampai kapan. Barangkali saat ia sudah merasa ingin pulang, tersebab hatinya sudah sepenuhnya mengikhlaskan.
Pada titik-titik air hujan yang mengalir dari sudut matanya yang basah, ada sebongkah harap yang kian dirapal pada bait-bait pesan terkirim dari gawai retak memenuhi layar. Tersebab amarah menggantung di antara sepasang suami istri yang sudah layu dimakan kewarasan.
Ada banyak hal di pikiran ini yang berusaha untuk tidak aku kenang. Tentang hari-hari yang sudah dilalui dengan penuh kasih sayang. Sebelum ia tertidur dan ditangisi orang-orang. Atau, tentang mengapa aku belum bisa terlelap di kala malam sudah berada di ambang kesakitan. Lantaran deretan pertanyaan yang dulu ia ajukan muncul sekelabatan.
Ia bilang, di usia yang semakin tua, mengapa sulit menemukan makna "ada"? Atau mungkinkah satu kata itu memang tidak memiliki arti yang sebenarnya?
Aku ingin lenyap bersama hilangnya. Aku ingin musnah dalam ketiadaanya. Lalu, sama-sama pergi tanpa mengenang lagi.