Ia kehilangan akal ketika sadar orang yang ia sayang tidak pernah hidup dengan kekal.
ROMLAH muntab. Perempuan bertubuh ringkih itu mengomel sendiri di dalam kamar kecilnya. Sudah dua hari, Bakri, sang suami, meninggal dunia setelah beberapa bulan terakhir sakit-sakitan. Kemarahan Romlah malam ini tak seberapa jika dibandingkan saat hari pemakaman Bakri. Ia murka di hadapan foto sang suami. Lebih tepatnya muak dengan kepergian sang suami yang meninggalkan ia beserta kedua anaknya: Rusli dan Mala.
Romlah dan Bakri hidup dalam kesederhanaan. Di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak sebelas tahun, keduanya bergulat pada kemiskinan yang tak pernah hilang. Barangkali itu yang membuat Romlah marah besar, lantas beberapa kali—semenjak kematian sang suami—menyalahkan takdir yang sudah menjadi ketetapan Sang Pencipta. Bakri meninggalkan Romlah bersama kedua anak yang masih butuh sosok seorang bapak. Apalagi, kedua anaknya itu masihlah kecil. Rusli masih berusia sepuluh tahun, sedang Mala masih berumur sembilan tahun. Romlah tidak pernah menyangka bahwa Bakri pergi meninggalkan ia untuk selama-lamanya. Jika hidup bersama Bakri saja ia masih kewalahan, bagaimana bisa ia menghidupi Rusli dan Mala sendirian. Ia benar-benar merutuki takdir yang Tuhan berikan dalam hidupnya.
Seperti dua malam sebelumnya, kini Romlah kembali memandangi foto Bakri lamat-lamat. Jari-jarinya yang kasar akibat pekerjaan berat yang ia geluti, mengusap kening sang suami yang berada dalam pigura usang. Lalu menggerutu sendirian, berharap Bakri menemaninya meski hanya berupa potret lawas.
“Pak, mengapa Tuhan tidak pernah adil pada kita? Memangnya kita salah apa?”
Tanpa sengaja, bulir air sebesar benih jagung jatuh satu persatu membasahi pipi Romlah yang tak lagi mulus. Ada sesak yang menelisik hati perempuan yang merasa kesepian saat ini. Menghancurkan segala harapan yang pernah ia rajut bersama sang suami, bahwa Bakri tidak akan meninggalkan Romlah lebih dulu. Namun, nyatanya Tuhan lebih dulu mengambil Bakri dan membuat hati Romlah remuk redam untuk menjalani hidup ke depannya bersama kedua anaknya.