MELAWAT

Aldi A.
Chapter #20

EMPAT BELAS

Orang-orang itu berada dalam kerinduan yang meraja, mencari-cari keberadaan ingatan yang sempat kehilangan arah.


TUBUH Ali berdiri kaku. Di hadapannya, Zaki masih bermain di halaman Pantai Losari dengan memegang balon berbentuk kartun Doraemon. Tiba-tiba saja ia mendadak jadi patung setelah kembang api beberapa menit yang lalu meletup-letup di langit pantai. Telinganya bergema, ingatannya kalang kabut, ia seperti terlempar ke suatu hari di mana sosok Mala ada di depannya. Terputar seperti potongan film yang ada di bioskop.

Sebuah panggilan telepon yang terus berdering, teriakan yang sangat keras, tangisan yang membabi buta, bunyi ban yang berdecit ….

Ali menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak ingin mengingat kejadian itu. Bagi Ali, setelah hari itu terjadi, hidup keluarganya menjadi tidak keruan. Setiap hari yang mereka lalui terus dipenuhi dengan kebohongan-kebohongan. Mereka bediri di atas luka-luka yang ditanggung seseorang sendirian. Lebih ironinya, mereka menganggap itu semua seperti tidak pernah terjadi. Mereka hidup seperti biasa, meski Ali sendiri tidak tahu apa yang ada di benak mereka semua.

Ali kembali memandangi Zaki. Di kedalaman mata keponakannya itu, ia bisa melihat sosok Mala lebih dekat. Ia bisa melihat bagaimana luka-luka mala disembunyikannya rapat-rapat. Ia bisa merasakan bagaimana kakak perempuannya itu menanggung luka di tengah orang-orang memandangnya hina.

Masih teringat jelas diingatan Ali ketika Mala memilih pergi setelah diamuk massa keluarganya sendiri. Waktu itu, setelah setahun menghilang, ia kembali ke rumah dengan menggendong Zaki yang masih bayi. Ia datang sendiri tanpa didampingi Usman. Setelah dikata-katai oleh orang rumah, Mala memilih pergi dengan air mata yang mengairi pipinya. Ali yang awalnya hanya diam melihat kakaknya itu diperlakukan dengan tidak baik di hadapan banyak orang—karena ia pun merasa kecewa juga—berlari kecil mencari keberadaan Mala. Tidak jauh dari lorong rumah, Mala duduk di sebuah kursi kayu di bawah pohon mangga. Ia masih menangis sambil menenangkan Zaki yang juga turut meraung-raung.

Ali melihat kakak perempuannya itu dari kejauhan. Ada rasa sakit yang bercampur dengan kerinduan yang sangat dalam. Bagaimana tidak, setelah ia mendatangi kos Usman dan menyuruh lelaki itu datang ke rumah agar mendapat izin menikahi Mala, Usman dan kakak perempuannya itu malah memilih cara lain yang mengecewakan keluarganya. Melarikan diri, tanpa memberi tahu apa yang terjadi.

Setahun sudah Ali menyembunyikan keadaan Mala yang sedang mengandung. Sepengetahuan keluarganya, Mala hanya memilih lari dari rumah lantaran hubungannya dengan Usman tak disenangi, tak mendapat restu, padahal perempuan berambut pendek sebahu itu takut mengakui apa yang sudah ia lakukan bersama sang kekasih.

Satu tahun menghilang, Mala datang-datang ke rumah di saat kondisi keluarganya memang sudah berada pada keasingan. Setelah kematian Romlah, kepergian Mala bersama Usman, minggatnya Rusli dari rumah, pun Seli yang hanya datang ke rumah semaunya lantaran pergaulan bebas yang tidak lagi dihiraukan oleh Bachtiar membuat seisi rumah itu menjadi terasa asing. Entah bagaimana juga, momen kedatangan Mala ke rumah pada saat itu bertepatan dengan adanya semua orang rumah. Bagi Ali, melihat apa yang terjadi pada hubungan keluaragnya, ia semakin takut untuk menjalin bahtera rumah tangga. Ia takut jika nanti ia sudah menikah, ia akan seperti apa yang sudah ia lihat di depan matanya.

Ali mencoba mendekati Mala yang masih duduk sambil menenangkan bayi yang digendongnya. Samar-samar, Mala melihat Ali semakin mendekat. Adik kakak yang terpisah setahun itu sama-sama saling memandang. Kerinduan benar-benar bercokol.

“Aku minta maaf, Li. Maaf sudah mengecewakan kalian semua.”

Air mata Ali jatuh mendengar permintaan maaf Mala. Setelah apa yang sudah terjadi, ia ingin memeluk kakaknya itu. Ia tidak peduli bagaimana Mala sudah membuat malu keluarganya, ia tidak peduli tentang pandangan orang-orang, rasa rindunya melebihi semua itu. Ali berlari kecil, mendekati Mala lalu memeluk kakak perempuannya itu meski tidak secara sempurna karena ada bayi dalam gendongan Mala.

Lihat selengkapnya