Ia dihantui bayang-bayang ketakutan, pada jalan-jalan yang disebut kesakitan!
HIDUP adalah perjalanan yang dilalui manusia menuju tempat yang disebut kematian. Ali mulai mengerti sedikit demi sedikit mengenai hal itu setelah ibunya meninggal. Waktu itu, tidak lama dari Romlah menghadap Sang Pemilik Bumi, setelah para tetangga kembali ke masing-masing rumahnya, Ali dan Rusli berada pada perdebatan yang begitu memanas.
Rusli mengata-ngatai Ali sebagai penyebab kematian ibunya. Ali tidak tahu mengapa Rusli bisa berpikir demikian, padahal seperti yang dikatakan Mala di hadapan kedua saudara itu bahwa manusia memang akan berpulang sewaktu-waktu. Manusia hanya menunggu jadwalnya masing-masing sampai kapan napas tidak lagi bisa berembus. Tapi, lagi-lagi amarah Rusli masih bergejolak hingga menyalahkan Ali terus menerus adalah jalan yang ia pilih untuk meredakan rasa kehilangannya ditinggal sang ibu.
Setelah mendapat perlakuan yang tidak baik dari Rusli, setiap malam Ali selalu mencari tahu mengapa ia disebut menjadi alasan kematian ibunya itu. Ia dirundung kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu benar. Barulah beberapa hari kemudian setelah ia memberanikan diri untuk menemui Rusli tidak lama sebelum kakaknya itu memilih pergi meninggalkan rumah, meninggalkan orang-orang yang ada di dalamnya. Tidak peduli jawaban Rusli akan menyakitinya, Ali benar-benar hanya ingin tahu mengapa Rusli mengatainya demikian.
Rusli bilang, seandainya Romlah tidak bertemu dengan Bachtiar, barangkali ibunya itu masih kuat bekerja, masih sehat, dan masih semangat untuk mengurus Rusli dan Mala. Kehadiran Seli masih bisa diterima oleh Rusli, tetapi ketika ia tahu bahwa ibunya itu kembali hamil di usianya yang sudah tidak lagi muda, Rusli benar-benar membenci kehamilan tersebut. Terdengar konyol memang, tapi begitulah yang ada di benak Rusli. Sudah lama lelaki bermata elang itu memendam semuanya, tapi ia tidak mau memberitahu siapa pun karena masih menghargai keberadaan Romlah. Namun, setelah ibunya itu meninggal, tidak ada lagi yang perlu ia jaga perasaannya. Toh, Bachtiar pun sudah berubah menjadi sosok yang tidak seperti dulu lagi ketika Romlah masih hidup di dunia. Rusli dipenuhi kekecewaan yang tidak bisa lagi ia tahan. Dan keluar dari rumah adalah salah satu cara agar amarahnya tidak sampai menyakiti orang yang ada di rumah tersebut. Rusli membenci keluarganya itu!
Setelah mengetahui alasan Rusli membencinya, Ali tidak lagi mau berdialog dengan kakaknya itu. Baginya, tidak masalah jika Rusli membenci dirinya. Tidak mengapa juga kalau kakaknya itu seperti tidak pernah menganggapnya ada. Ia tidak mau peduli soal itu. Ia hanya mau fokus pada keberadaan Mala saja di keluarganya. Tidak dengan yang lain.
Ali pikir tidak ada yang perlu diperbaiki dari keretakan satu keluarga ditinggal Romlah. Mereka hanya perlu melanjutkan hidupnya masing-masing. Meski dengan cara dan jalan yang berbeda. Meski di dalam hati kecil Ali, keluarganya masihlah jadi orang yang akan terus berkelindan di dalam tempurung kepalanya. Mungkin bukan Ali saja. Tetapi juga mereka, keluarganya itu.