Ia mencoba pergi dari sesuatu yang tidak disenangi, ia mencoba menghilang dari seseorang yang dulu ia sayangi.
“MAAFKAN semua kesalahanku.” Usman langsung mengatakan itu ketika ia dan Rusli sudah duduk di ruang tengah rumah milik lelaki yang sedang dirundung rasa bersalah itu.
“Aku menyuruhmu datang ke sini bukan untuk saling memaafkan, Usman. Apa yang terjadi pada kita kemarin harus benar-benar diselesaikan. Tidak ada yang bisa dibenarkan dari hubungan ini.”
Setelah mengatakan yang sebenarnya kepada Ali semalam, hari ini Rusli ingin benar-benar menyelesaikan semuanya. Ia ingin menutup setiap kenangan yang dulu pernah ia jalani bersama Usman. Ada banyak batasan di dunia yang tidak bisa dilalui oleh manusia. Batasan-batasan yang melanggar hukum dan agama. Dan Rusli menyadari ada batasan yang ia langgar lantaran rasa sukanya yang tidak wajar.
Ia punya cinta, tapi semua orang tahu itu adalah kesalahan. Mereka berhak jatuh cinta, tapi ada batasan-batasan yang tidak disenangi oleh Tuhan. Dan mereka adalah salah satunya.
Rusli ingin berubah dan langkah pertama yang harus ia lakukan adalah tidak lagi terlibat dengan Usman. Lagipula ada janji yang ingin ia tunaikan. Janji yang keluar dari mulutnya pada malam takziah ketiga kematian Mala.
Ia berjanji pada Ali untuk memberikan Zaki sepenuhnya. Awalnya, itu hanya pancingan agar Ali tidak membahas mengenai dirinya lebih intens di malam itu. Tapi, setelah perdebatan demi perdebatan yang terjadi, Rusli berubah pikiran. Ia betul-betul akan menepati janjinya itu.
Ke aku ... adikmu yang tidak tahu apa-apa tentang kematian Ibu dan Mala.
Hancur betul hati Rusli mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ali semalam. Ia tak pernah sekalipun menganggap Ali sebagai adiknya. Bahkan kelahiran Ali adalah sesuatu hal yang paling dibenci oleh Rusli.
“Kau bicara apa tadi?”
Satu yang tidak pernah diketahui oleh orang-orang (termasuk keluarganya) mengenai Usman adalah lelaki itu akan bersikap lemah lembut jika berhadapan dengan Rusli. Ia seperti anak kucing yang tidak bisa menunjukkan kukunya untuk mencakar. Seperti apa yang ia lakukan pada Mala yang lantas membuat orang-orang berpikiran bahwa Usman adalah suami yang jahat.
Keduanya tidak pernah tahu bagaimana takdir mempermainkan mereka. Setelah menjalin hubungan yang salah, mereka memilih untuk tidak lagi bersama. Rusli yang meminta hal itu. Ia sadar bahwa dirinya sudah terlalu jauh terbawa arus. Dan karena takut dan tidak mau keluarganya kecewa, ia memilih membuang rasa cintanya itu.
Setelah bekerja dan berada di posisi yang bagus, Rusli memutuskan untuk tidak lagi berada di lingkaran yang sempat ia masuki. Toh, awalnya ia hanya coba-coba lantaran ingin mendapatkan uang. Waktu itu, setelah lulus SMA, Rusli punya pemikiran bahwa memiliki banyak uang adalah satu-satunya cara agar ia bisa menjemput kebahagiaan. Ia pikir, hidup dalam kemiskinan akan membuat dirinya dipandang rendah oleh orang-orang. Tetapi, ia terlalu berambisi untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah hingga oleng ke jalan yang tidak seharusnya ia lalui.
Rusli merutuki lingkungan baru yang ia dapat setelah lulus SMA itu. Ia menyesal masuk terlalu dalam. Meski setelah berhubungan dengan Usman, ia seperti berada di tengah jalan yang tidak tahu mau ke mana. Rusli seperti sudah berada di zona ternyamannya.
“Ali tahu semuanya.”
"Lalu?"
“Banyak kesalahan yang sudah kita lakukan, Usman. Banyak orang yang terluka. Aku membunuh adik perempuanku secara tidak langsung. Kau tidak akan paham dengan apa yang sudah kami jalani semasa kecil. Aku menyesal membiarkan Mala hidup denganmu.”
"Aku sudah bilang waktu itu kan kalau menikahinya bukanlah jalan yang tepat. Bagaimanapun juga, pernikahan itu tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Tapi kau menyuruhku untuk tetap bersamanya. Menyuruhku bertahan dengan perempuan itu."
"Perempuan itu adalah adikku, Usman. Kau sudah menghamilinya."
"Ya, itu di luar kendaliku."
"Aku ingin semuanya benar-benar selesai, Usman."