MELAWAT

Aldi A.
Chapter #35

EPILOG

Kita semakin tua, tapi masih sibuk mencari makna "ada".


SEBERAPA besar kehilangan orang tersayang mengubah hidupmu?

Di kepalaku, kunang-kunang itu berterbangan di bawah bulan yang menggantung tembaga. Sakit yang menguar dari dalam dadaku yang sudah memborok kini mulai aku perbaiki kembali. Aku menjahit luka yang semakin menganga, kubiarkan luka-luka itu menggenang, lalu terjun bebas ke dasar laut hingga tidak bisa lagi kutemui.

Di kepalaku, ikan-ikan berbagai warna itu berenang dengan bebas di pekatnya malam yang kelam. Sesak yang mencuat dari dalam dadaku yang sudah bernanah, kini mulai berangsur-angsur membaik. Aku mengobati luka lebam yang ada di hati, membiarkan ketenangan mengiringi sampai tiba waktuku mati.

Di kepalaku, kunang-kunang dan ikan-ikan itu kadang hadir bersamaan. Menari-nari memakan habis sebagian akal. Luka yang kutanggung adalah pikiran yang mengikis kewarasanku sedikit demi sedikit.

Ingatan kunang-kunang dan ikan-ikan itu mungkin tidak sepenuhnya hilang. Ingatan itu akan terus mengayun-ayun dan bergelayut, tapi tidak akan membuat diriku dipenuhi amarah seperti yang sudah-sudah. Kenangan-kenangan yang dulu membuatku mati rasa, kini aku sudah mulai terbiasa.

Mala akan selalu kuingat. Bagaimana perempuan itu memperkosa hidupnya dengan sangat brutal. Ia berdarah-darah akibat dosa-dosa yang terbuka lebar. Perempuan itu mati dengan setumpuk kekecewaan yang ia kirim untuk keluarganya. Lalu menjadi penyesalan yang teramat dalam bagi keluarganya tersebut. Namun, perempuan itu mungkin tengah menikmati masa-masa kematiannya dengan senang hati. Tidak ada lagi kebencian, tidak ada lagi kesakitan. Satu keluarga itu sudah memohon ampun satu sama lain, meski mereka masih berada pada keasingan.

Aku tidak lagi membenci bapakku. Setelah perjalanan panjang yang kulalui, aku akhirnya menyadari bahwa tidak mudah menjadi seorang bapak. Harus jadi orang yang paling tangguh, pun dituntut untuk selalu membuat keluarganya bahagia. Tapi aku lupa, Bapak hanyalah manusia biasa. Kesalahan-kesalahan yang diperbuat bapakku mungkin sangatlah wajar terjadi. Ia bukan malaikat, ia bukan manusia yang paling suci dan benar, tapi dari ketidaksempurnaannya itu, ia selalu sabar menghadapi hidup dan watak masing-masing anaknya.

Lihat selengkapnya