MELAYANG

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #3

Kegelisahan Tanpa Beralasan


"Bu, ini berkas cek darah Anda dan ini punya Bapak. Silakan menyerahkannya pada perawat yang meminta ini tadi, ya," suruh seorang petugas laboratorium. "Oya, jika tidak cocok juga, bisa dicari pendonor lain dari PMI atau orang yang mau mendonorkan."


"Iya, iya," jawab mamanya Nida.


'Semoga tidak bisa,' batin kedua orang tua itu. Mereka sama-sama tidak ingin kalau Nida masih hidup.


Setelah berada di pintu ruangan IGD, mamanya menyerahkan dua lembar kertas pada perawat yang menangani Nida saat ini. Lalu kembali duduk di bangku ruang tunggu. Sekitar sepuluh menit, pihak dokter mencoba menghubungi PMI untuk mendapatkan darah yang baik sesuai kebutuhan Nida. Melalui permintaan papa dan mama bocah itu, akhirnya terkabul juga untuk tidak mendonorkan darah.


Kondisi Nida yang semakin kritis, membuat pihak dokter kelinglungan. Bagaimana tidak, darah yang dibutuhkan pasien mereka sangat ini, yaitu AB plus. Sudah tentu sulit didapat. Memang, golongan darahnya sama dengan papanya, tetapi ada sedikit yang membuat dokter menolak. Karena kondisi tubuhnya tidak fit.


Beberapa perawat berlari keluar ruangan, mereka tampak panik. Namun, sekitar lima menit, darah yang dibutuhkan tersedia. Ini pertanda baik untuk keselamatan nyawa Nida. Gadis yang selalu menjadi korban ledekan dan makian akan kembali pulih.


Dua jam berlalu, Nida sudah dipindahkan ke ruang ICU. Ruangan yang menurut orang banyak adalah ruangan terakhir bagi pasien sekarat. Banyak yang mengembuskan napas terakhir di sana. Hanya Tuhan yang tahu atas nyawa seseorang. Ya, manusia hanya mencoba menduga-duga, karena sudah lumrah dan sering itu terjadi.


Tim dokter merasa gembira dengan hasil kerja mereka, karena Nida mulai sadar atas penanganan mereka. Walaupun hanya dengan menggerakkan jari-jarinya. Itu sudah membuktikan ada perubahan baik pada pasien termuda di ruang ICU saat ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua.


"Silakan masuk, Bu, Pak. Nida sudah bisa dijenguk. Tapi jangan lama-lama, ya," pesan perawat. "Oya, jangan lupa gunakan baju yang bergantung di situ kalau mau menemuinya."


"Pa, aku mau pulang saja. Mungkin anak-anak khawatir karena ditinggalkan. Kasian mereka," kata wanita itu pada suaminya.


"Aku juga mau pulang, ngantuk berat. Sudah capek nungguin Nida. Lagian ada dokter dan perawat yang menjaganya," imbuh papanya Nida. Dia meremas-remas rambutnya yang sedikit gondrong.


"Yuklah, gerah banget. Pengin mandi." Mamanya Nida beranjak dari duduknya dan diikuti oleh suaminya.


Mereka menjadi orang tua tergila. Sama sekali sudah kehilangan akal dan tidak punya hati nurani. Perbuatan itu sudah jelas dihujat para tenaga medis yang menangani kondisi anak mereka. Bahkan satu dokter sempat menangis melihat ketidak adanya kasih sayang yang diberikan pada Nida.


Bukan hanya itu, tubuh Nida yang kurus, seperti tinggal tulang, telah menjadikan mata dokter umum itu mengeluarkan air mata. Batinnya merasa terpukul atas perlakuan tanpa berpikir kenapa Nida begitu dibenci orangtuanya.


***


Sekarang sudah jam sembilan pagi, mamanya merasa gundah. Tidak tenang dan bingung dengan hatinya. Meski Nida belum juga sembuh, ada pikiran kacau melanda. Beberapa pesan masuk ke ponselnya, mengabarkan Nida kembali drop. Seharusnya kabar itu membuat mereka berduka. Berbeda dengan mereka, malah senang dan berdoa agar nyawa putri aneh itu tidak tertolong. Sayangnya, semua ucapan dan doa untuk mensyukuri kondisi buruk dari Nida, menjadi sebuah kebahagiaan. Semua itu mampu mengalahkan kegelisahan orang tua Nida.


Hati mamanya berkecamuk entah kenapa. Ada rasa yang berlebihan menusuk kalbu. Saat sedang berjalan, sering kali hampir tersungkur. Padahal jalanan datar, tiada berlobang atau pun gundukan yang menyebabkan tubuhnya hendak celaka.


"Ma, aku mau lihat Kak Nida. Boleh?" ucap Dila dengan polos.


"Udahlah, nggak usah. Mama juga males ke sana. Panas, rame lagi." Mamanya memberi alasan. "Lagian banyak virus, nanti kamu sakit karena ketularan."


"Tapi, Ma. Gimana kabarnya sekarang, apa dia udah bisa pulang?"

Lihat selengkapnya