Finde bosan di rumah. Sudah beberapa hari ini sibuk dengan rutinitasnya yang padat. Dari pagi hingga malam, bergelut dengan bisnis yang telah dirintis sejak awal pernikahan. Nida terpaksa ditinggal dengan asisten. Kesehariannya berada di luar rumah, membuat tubuhnya lelah. Sesekali serasa mual dan pusing. Kondisinya semakin memburuk akhir-akhir ini. Tidak biasanya seperti ini. Mungkin sudah terlalu lama dengan aktivitas dan hanya memiliki waktu istirahat.
Wanita itu berharap kalau apa yang dia peroleh selama ini bisa menjadi amal kebaikan. Terlebih saat ini cinta dan kasihnya diberikan pada Nida. Juga harta yang dimiliki, semuanya telah diniatkan untuk bocah tersebut. Jika terus bersama mereka. Betapa tulus hati sepasang suami-istri itu, rela memberikan apa saja asal Nida membawa kebahagiaan bagi keluarga itu.
"Ibu capek, ya? Kok, mukanya, pucat?" Nida memerhatikan wajah Finde dengan seksama.
"Nggak tau, nih, Nid. Kok, rasanya mual terus, ya? Badan juga suka gemetaran. Mungkin Ibu butuh istirahat, biar fit."
"Mau aku suruh Bi Nani buatin teh manis?" tawar Nida dengan penuh perhatian.
"Iya, bilang juga ke bibi untuk membawakan roti ke kamar." Wanita itu serasa mau muntah. Dia berlari secepatnya ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Nida langsung menuju dapur untuk memberitahukan permintaan ibu angkatnya. Tentu saja asisten itu melaksanakan tugas atas perintah dari majikan.
"Nid ... Nida, tolong Ibu, Nak."
Finde mengeluarkan suara lirih dan parau karena menahan sakit. Kepalanya tambah pusing, semua isi perut terkuras habis. Terakhir mengeluarkan cairan berwarna kuning dan terasa sangat pahit. Penciumannya juga mulai tidak karuan.
"Bu, Ibu di mana? Bu ...."
"Mas, Nida ... aduh." Lagi-lagi Finde muntah tanpa isi. Hanya lendir yang ada.
"Bu! Ibu, kenapa?" Nida gemetar melihat kondisi Finde yang melemah. Bocah itu berlari ke dapur untuk meminta bantuan pada Bi Nani. "Bi, ayo, cepat!" Nida menarik lengan wanita itu, saat masih sibuk mencuci piring.
"Aduh, ada apa, Nida?" Wanita itu kesulitan untuk berjalan karena Nida terus mendesak.
Mereka berdua mendapati Finde sudah berada di lantai kamar mandi. Kakinya tidak bisa lagi menahan tubuh yang semakin lemah. Tentu saja seisi rumah kebingungan melihat Finde. Sementara Herdy belum juga pulang. Tidak biasanya jam segini masih berada di kantor. Kemesraan dan keharmonisan sepasang suami-istri itu selalu terlihat dengan tidak pernah sendiri saat waktu seperti ini.
"Mbak, yang kuat, ya. Yuk, sini saya bantu berdiri," ucap Bi Nani, sembari memegangi lengan Finde.