Sudah lima hari Finde merebahkan tubuhnya di kasur. Semenjak kehamilannya, tidak suka mencium bawang goreng dan parfum. Bahkan, tidak bisa menikmati nasi dan ikan laut. Makanan yang dikonsumsi adalah daging sapi, ayam, ikan lele, ikan Mas, kerang, dan cumi-cumi. Bila melihat sayur, perutnya kembali mual. Bi Nani selalu menyarankan agar memakan nasi sedikit saja. Tiga suap, cukuplah untuk mengisi lambung.
Nida melayani ibunya dengan kasih sayang. Dari pagi hingga malam, tetap menemani ibunya. Dia memenuhi segala kebutuhan yang diminta, bila bapaknya pergi bekerja. Sangatlah beruntung keluarga itu dihadirkan bocah pengertian. Hanya saja, Nida sedikit ceroboh bila menuangkan air ke gelas. Tetesan air tersebut terjatuh ke lantai dan kadang membuat dirinya terpeleset sendiri atas ulahnya.
Kerinduan Nida mengarah pada ibu gurunya dengan tiba-tiba. Sudah terlalu lama tidak mengikuti pembelajaran. Memang, bocah itu tidak sepenuhnya lupa belajar. Karena setiap melintas di jalanan, dia membaca tulisan yang terpampang. Meskipun belum begitu lancar. Bisalah untuk mengetahui isi tulisan tersebut.
"Nid, Nida. Sini, dong," panggil Finde. Tenggorokannya terasa haus. Karena masih belum fit, jadi sulit untuk turun dari tempat tidur.
Berkali-kali nama Nida dipanggil, tapi tidak ada sahutan. Bahkan Bi Nani juga heran. Kenapa rumah terasa sangat sepi, tidak seperti biasanya. Nida yang selalu meminta dibuatkan susu, hari ini tidak terlihat. Asisten di rumah itu sibuk mencari keberadaan di mana bocah yang selalu menemaninya di dapur.
"Bi! Bibi!" Panggil Finde dengan suara lemah, sedikit berteriak.
"Ya, Mbak," jawabnya singkat.
Bukannya mendatangi panggilan, dia malah berlari menuju halaman belakang. Biasanya jika Nida tidak ada di dalam rumah, maka pohon jambu madu yang sedang berbuah akan menjadi kesibukannya untuk bermain.
Setelah melirik ke segala arah, tidak ada tanda-tanda kalau Nida ada di sana, Bi Nani kembali menuju kamar Finde. Dia mendapati wanita itu tengah mencoba meraih gelas di meja sebelahnya dengan hati-hati. Tentu saja asisten itu membantu, agar gelas tidak jatuh dan pecah.
"Bi, mana Nida?" tanyanya lagi dengan suara lirih.
"Enggak ada, Mbak. Maksudnya, saya nggak nemu dia. Biasanya ada di pohon belakang. Tapi pas di-cek, nggak ada."
"Hueek! Hueek! Aduh, gimana ini? Tolong hamba, ya, Tuhan. Sakit banget," keluhnya. Padahal inilah jalan yang telah dia harapkan selama pernikahannya.
"Sabar, Mbak. Biasanya cuma sebentar, kok. Pokoknya, paksain makan biar mbaknya sehat. Bayinya juga selamat."