MELAYANG

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #14

Sulit untuk Kembali


"Siapa, Mas? Apa ada hal penting?" Finde mendapati suaminya dalam keadaan membisu.


"Owh-- enggak, kok. Eh, maksudnya anu, ada orang nyasar."


"Apa? Orang nyasar atau panggilan nyasar?" tanya Finde heran.


"Eh, iya. Udah, tidur, yuk. Udah hampir pagi. Nanti kamu sakit, lagi," seru Herdy, agar istrinya tidak kepikiran.


Mereka berdua terlelap dalam waktu sekejap. Kesunyian dan keheningan melanda rumah. Tidak terdengar suara sedikit pun. Beberapa ekor cicak meramaikan dinding depan rumah tersebut. Mereka merayakan terang melalui cahaya lampu. Sesekali memakan nyamuk atau serangga lainnya yang menempel di dinding. Aktivitas cicak pada malam hari tidak bisa dihentikan karena sudah waktunya menikmati malam.


Ayam jantan berkokok tepat jam empat dini hari mendekati tarhim masjid. Finde terjaga dengan suara itu. Terlebih karena dia hendak buang air. Pelan kakinya menuruni tempat tidur. Jika berdiri mendadak, maka kepala akan semakin pusing seolah dunia berputar.


Setelah beranjak dari kamar mandi, dia menuju kamar Nida untuk memastikan kalau keadaannya baik-baik saja. Dengan pintu yang tidak terkunci, dia melihat kamar sangat gelap. Tidak ada satu cahaya pun di sana. Tidak ada yang tahu selama ini, ternyata Nida suka tidur tanpa cahaya.


Terdengar suara dengkuran halus dari Nida. Kelelahannya telah membuat dirinya seperti itu. Terlebih karena badannya kurus setelah tidak pulang seharian. Padahal dua hari bersama mereka, berat badan bocah itu drastis naik.


"Ma, Mama ngapain ke mari?"


Finde terkejut dengan sapaan mama dari Nida. Dia menekan tombol kontak lampu untuk penerang. Bibirnya ditipiskan, lalu menarik napas panjang. Dia memilih duduk di pinggir ranjang Nida untuk berbicara.


"Mama? Ini ibu, Sayang. Masa kamu lupa?"


Nida mengeluarkan air mata, lalu menguceknya dengan selimut yang membentang di sepanjang tubuh kecuali wajah.


"Kok, kamu menangis? Apa ucapan Ibu salah?" Finde mulai tidak enak hati. Ada rasa takut bila memang kata-katanya menyakiti perasaan Nida.


"A-aku kangen mama, Bu. Kangen banget. Kalau mama sakit, siapa yang ngurusin? Pasti semua pada sibuk."


Lihat selengkapnya