"Dok, kami tahu ini sangat berat untuk disampaikan. Tapi setidaknya jangan membuat kami semakin bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi? Jujur, sejak tadi malam sampai sekarang, kami punya perasaan nggak enak," ujar Finde.
"Maaf, Bu. Bukan saya mau nakut-nakutin atau bikin khawatir. Tapi saya juga nggak tenang bila saya simpan sendiri," tegas dokter.
"Bisa saya mulai?" Perawat yang bersama dokter membuka pembicaraan. Sedari tadi hanya diam menyimak, tapi menyimak.
Dokter menghela napas panjang seakan masalah ini akan menambah runyam. Sementara sepasang suami-istri masih menatap dokter dengan penuh harap. Mereka ingin agar semuanya jelas. Siapa Nida sebenarnya?
"Kamu aja deluan. Nanti saya yang nambahin. Kan, awalnya cerita ini kamu yang tahu. Bahkan kamu lebih dekat dengan Nida waktu itu." Dokter memberi sinyal pada perawatnya.
Perawat itu mulai angkat bicara. Dari awal mereka bertemu, sampai pada kelakukan orang tua Nida yang selalu merasa kalau anaknya adalah racun bagi keluarganya. Bocah perempuan itu selalu menjadi korban kesalahan abang dan adiknya. Juga sering mendapat siksaan hingga membekas.
Selama kepergian Nida dari rumah, mereka biasa saja. Bahkan tidak mengharapkan lagi bocah tersebut untuk kembali. Ternyata beberapa hari kemarin, mamanya Nida datang menemui beberapa orang yang pernah dekat dengannya. Beliau punya firasat kalau Nida pergi ke rumah sakit. Memang, awalnya anak berusia tujuh tahun itu tidak mau pulang ke rumah. Alasan yang diberikan karena ketakutan.
Perawat terus berbicara panjang lebar. Sesekali menegukkan air minum ke mulut karena tenggorokan terasa kering. Setelah itu napas kembali diatur agar stabil. Herdy dan Finde yang mendengar cerita tentang Nida, berhasil menitikkan air mata hingga tercipta danau di pelupuk penglihatan.
"Begitulah cerita yang sesungguhnya, Bu. Anak saya juga suka cerita, kalau Nida suka menangis sendirian di pojok kelas saat jam istirahat. Putra saya sering berantem sama Nida. Awalnya nggak pernah tanggepin karena saya tidak mau campuri masalah anak-anak. Apalagi di sekolah. Biar gurunya yang menyelesaikan. Tapi setelah Bu Nababan cerita ke saya tentang Nida yang juga diuber ke sekolah, merembetlah pada kasus anak saya dan Nida. Saya bingung, apa orang tua Nida terlalu mengekangnya dan berlaku sekasar itu? Nida masih tujuh tahun. Pasti sudah punya rasa kecewa," jelas dokter masih panjang lebar
"Astaghfirullah ... nggak nyangka kalau Nida sesakit itu. Wajar kalau Nida nggak pernah mau diantar pulang. Sampai-sampai teman saya yang juga saudara Nida, tidak mau memberitahukan di mana Nida sekarang. Bukan kami ingin menyembunyikannya, tapi nggak mau kalau Nida masih saja merasakan siksaan. Kejam sekali orang tuanya," terang Finde, sembari menyeka air matanya.
Herdy mencoba menenangkan istrinya dengan mengelus bahu. Sesekali menggenggam tangan istrinya yang sedang hamil. Melihat gelagat sepasang suami-istri itu, kedua wanita yang ada di depan mereka merasa ada sesuatu. Namun, tetap tidak memberikan ketidaknyamanan.