"Ada apa, sih? Kok, malam-malam teriak?" tanya mamanya curiga.
Kevin langsung memeluk wanita itu dengan menutupi wajahnya ke tubuh. Dia enggan bercerita tentang apa yang dia alami. Badannya gemetaran, dingin, keringat juga keluar, dan rambutnya basah seperti selesai mandi.
"Ma, takut," ucapnya, dengan nada lirih.
"Iya, takut kenapa? Kan, nggak ada apa-apa."
Mama dan papanya mulai curiga. Mereka merasa kalau Kevin juga bermimpi hal yang sama. Namun, apa mungkin satu keluarga dimimpiin dalam waktu serupa? Aneh memang. Bertanya-tanya di hati, siapa kakek tersebut?
"A-aku mimpi sama kakek-kakek. Udah tua banget. Janggutnya panjang, Ma. Dia marahin aku. Katanya nggak boleh jahat sama Nida. Dia juga bilang kalau Nida anak yang bisa bikin keluarga jadi bahagia," terang Kevin.
Benar dugaan mereka, mimpi itu datang untuk membela Nida. Papanya mulai sadar dengan mimpi itu. Itu artinya agar bisa membawa Nida kembali ke rumah dan memperlakukannya dengan baik. Bagaimanapun, Nida adalah anak kandung sendiri. Tidak ada makian dan cercaan yang diberikan pada bocah yang dianggap aneh. Hukuman dengan melukai fisik juga tidak pantas sebenarnya.
Sejahat-jahatnya kelakuan anak, pasti orang tua akan sabar dan tabah menghadapinya. Memberi perhatian, nasihat, kasih sayang, dan cinta agar mereka tidak merasa dikucilkan. Jika sudah melampaui batas, dia akan bertindak sesukanya. Siapa yang disalahkan? Tentu saja orang tua yang gagal mendidik anak. Apalagi indigo seperti Nida, sejak kecil tidak pernah menginginkannya.
"Makanya kalau mau tidur, baca doa, Vin," hardik mamanya, untuk mencairkan suasana.
"Ih, nggak tau, lah. Masa kakek itu ngancem mau memukulku dengan rotan kalau nggak nurut. Untung aku kebangun, langsung lari ke sini. Aku ngerasa, mimpiku nyata, Ma. Beneran."
Wanita pemarah itu tidak menyangkal lagi ucapan Kevin. Dia percaya dengan ucapan anaknya karena mimpi yang dialami sama persis. Untuk mengurangi rasa khawatir pada Kevin, dia tidak menceritakannya.
Kevin tidak mau lagi kembali tidur di kamarnya, dia memilih untuk tetap di kamar orang tuanya hingga pulas. Rasa takut yang dimiliki telah mengalahkan keberaniannya selama ini. Biasanya Kevin adalah anak pemberani. Hanya karena mimpi dengan seorang kakek-kakek, jiwa dan mentalnya lemah.
"Pokoknya besok, Nida kita jemput ke sekolah. Kalau dia nggak mau, kita paksa saja. Dari pada sekolah yang dikelola hancur karena ulah kita ke Nida. Mau makan apa kita nanti?"
"Kok, Papa bilang gitu? Itu ancaman si kakek dalam mimpiku, lho."
"Mama juga dimimpiin begitu?"