Melepas Bayangan

Nurul Fitria
Chapter #5

#5

"Pagi Cici, wiih udah setor aja nih. Cuan gede ya Ci kemarin?" sambut seorang teller bertubuh mungil dengan rambut dicepol dari balik meja.

"Pagi Ren, biasalah ... duit pasar. Maaf nih banyak recehnya," kata Cici pemilik toko grosir di pasar sambil meletakkan kardus bekas mie instan di atas meja.

"Siap, Qiren keluarin dulu uangnya ya Ci." Dengan sigap Qiren mengeluarkan tumpukan uang mulai dari pecahan dua ribuan, lima ribuan, hingga lima puluh ribuan. Belum lagi lima kantong uang logam lima ratusan dan seribuan yang beratnya bisa dipakai untuk menimpuk maling.

Penuh konsentrasi Qiren menghitung manual tiap lembar uang dengan keterampilan khas para teller dan menemukan beberapa lembar kelebihan uang dalam setiap satu pak, ditambah kali ini ada dua lembar uang dua puluh ribu dan lima puluh ribu palsu yang berhasil dideteksinya.

"Ya ampun Ren. Kok bisa mirip banget ya sama uang asli. Sialan itu orang beraninya nyelipin duit ginian." Gerutu Cici setelah bolak balik memeriksa uang tiruan itu dan terpaksa menggantinya dengan uang asli.

"Iya Ci, apalagi di pasar yang sibuk, pasti agak sulit memastikan keaslian uang. Oke, sekarang kita hitung mesin ya Ci." Qiren beranjak menuju mesin hitung dan memasukkan uang-uang tersebut. Setiap mesin berhasil menghitung sampai seratus lembar di tiap paknya, Qiren memisahkan uang tersebut ke meja sebelahnya.

"Ok Ci, semua sudah sesuai. Uangnya saya terima, Cici tinggal isi form penyetorannya ya." Qiren menumpukkan uang itu dan menghitung ulang jumlah pak-nya dan menyerahkan form penyetoran yang harus diisi nasabahnya.

Begitulah rutinitas harian Qiren sebagai seorang bankir di sebuah bank swasta. Ia ditempatkan di kantor cabang daerah pasar dan pertokoan yang merupakan pusat perputaran ekonomi yang cukup sibuk sehingga membuat Qiren selalu menerima hasil setoran berupa uang logam dan lembaran lusuh hasil berdagang.

"Ren, sini sebentar!" kata bapak kepala cabang memanggilnya setelah jam istirahat selesai.

"Iya Pak?"

"Itu si Santi izin pulang, badannya panas. Kamu gantiin di CS ya?"

"Oh, ok Pak siap!" Kerja di kantor cabang yang kecil dengan sedikit personil memang menuntutnya harusĀ multi tasking. Ia harus piawai menghitung uang saat di teller, sigap mendengarkan kebutuhan nasbah saat menjadi customer service, dan teliti memasukkan data saat berperan menjadi back office.

"Udah istirahat Ren?" Sebuah suara berat terdengar di belakang kursinya. Kegiatannya membuka aplikasi nasabah baru di komputer terhenti.

"Hei Har, udah beres canvasing?" Senyumnya pada Harry si anak marketing tampan yang baru datang dengan tampang lelah dan duduk di sebelahnya. Harry mengangguk dan menggeser kursinya lebih dekat. Setelah lirik kanan kiri memastikan tidak ada yang mengamatinya, tangan kiri Harry bergerak perlahan meraih jemari Qiren yang tergantung di samping kursi, menggenggamnya lembut dan mengelusnya penuh perasaan. Kedua mata mereka bertatapan dan hanya seulas senyum salah tingkah yang terpancar dari keduanya.

"Hmm, charging energi selesai. Nih buat lo!" Harry mengedipkan sebelah matanya dan meninggalkan meja CS sambil memberikan segelas frappucino extra susu, dan coklat kesukaan Qiren.

"Thanks!" seru Qiren dengan suara lirih bertepatan dengan masuknya dua nasabah yang baru mengambil nomor antrian.

"Eheemmm, asiknya dapat minuman yang segar-segar. Dia modus melulu sama lo, kenapa sih kalian gak jadian aja, cocok kok!" bisik Fina, rekan tellernya yang sedari tadi menangkap senyum mencurigakan dari wajah Qiren tiba-tiba berdiri di sampingnya, tanpa basa-basi menyerahkan selembar deposito milik nasabah.

Lihat selengkapnya