Melepas Bayangan

Nurul Fitria
Chapter #7

#7

"Iya Pak, betul ... jadi kan bapak sudah ikat kurs untuk pembelian dolar bulan depan di 14.350, jadi nanti pas hari H-nya, berapapun harga kurs di market hari itu, transaksi bapak akan dijalankan dengan kurs forward yang sudah deal hari ini di 14.350. Jadi amanlah pak kalau tiba-tiba kurs naik, bapak sudah dapat harga lebih murah. Iya, Pak ... siap. nanti siangan kami akan ke kantor bapak untuk penjelasan lebih lanjut. Boleh Pak, terimakasih waktunya. Selamat pagi." Qiren menutup telepon dan menandai nama perusahaan barusan yang menjadi prospekannya di buku notesnya dengan spidol. Ia tersenyum berharap negonya akan gol hari ini.

"Mbak, sibuk?" Yuni mengetuk kaca ruangan dan melongokkan kepalanya.

"Baru beres, kenapa Yun?"

"Anak baru dari pusat udah datang."

"Ow, oke, suruh masuk aja." Qiren menutup bukunya dan membereskan mejanya. Beberapa pulpennya terjatuh ke bawah meja. Sembari menggerutu, Qiren membungkukkan badannya mengambil pulpen-pulpen itu.

"Siap Mbak. Silakan Mas ..." Yuni mempersilakan orang yang berdiri di belakangnya untuk masuk.

"Selamat pagi Mbak Qiren ..." Seraut wajah dengan senyum kharismatik dan penuh percaya diri berdiri di hadapan Qiren mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"Selamat pagi Mas ..." Qiren menaruh tiga pulpen yang terjatuh tadi, berdiri penuh senyum menyambut si anak baru, tetapi begitu kepalanya mendongak, tangannya yang hendak terulur baru terangkat setengahnya karena ia langsung membelalak dan mulutnya menganga kaget.

"Saya Ferdy Mbak, salam kenal!" Dengan penuh semangat anak baru itu meraup tangan Qiren dan menjabatnya erat.

Waktu seakan berhenti di ruangan kecil Qiren. Kedua pasang mata itu saling bertatapan. Adrenalin memacu jantung Qiren untuk memompa lebih cepat. Apa yang tersaji di hadapannya sekarang ini benar-benar tidak pernah terprediksi.

"Uhm, apa saya boleh duduk Mbak?" Anak baru itu mengembalikan kesadaran Qiren.

"Eeuu ... oh ya, silakan." Qiren terlihat linglung dan kembali duduk di kursinya.

"Benarkah ini Ferdy yang gue kenal? Kenapa dia ada disini? Kenapa dia seperti gak mengenali gue? Masa dia gak ingat gue? Atau reaksinya itu akting doang? Dia mau nge prank?" Kepala Qiren penuh pertanyaan yang membuat bulir keringat perlahan membasahi tepi dahinya.

"Ini Mbak, data saya sama surat penunjukan dari pusat." Lagi-lagi si anak baru itu bersikap wajar tanpa reaksi aneh terhadap wanita yang duduk di hadapannya itu.

"Uuhmm, apa kita pernah ketemu sebelumnya?" Mata Qiren memicing tajam mengamati jika saja ada secuil perubahan mimik wajah dari pria itu.

"Saya rasa ini pertama kali saya ketemu Mbak Qiren," jawabnya mengangguk sopan.

"Owh, oke. Kamu lulusan MT, jadi apa yang bisa kamu kasih untuk cabang ini?" Qiren berusaha meredam degup kacau jantungnya dan bersikap profesional.

"Saya sudah menyiapkan database nasabah potensial, beberapa ada nasabah yang dulu saya pegang di bank lain dan sekarang sudah membuka akun disini dan mereka janji akan membagi transaksinya disini."

"Oke, kita lihat saja. Bowoo ... sini!" Qiren mengetuk kaca ruangannya berseru memanggil Bowo.

"Iya Mbak?"

"Ferdy akan duduk di sebelahmu, hari ini tugasnya menelepon nasabah, kalau nasabahnya mau deal lo bantu input. Cek ricek semua data dan akun sebelum deal ya, sebentar lagi gue visit sama anak High end Lending."

Lihat selengkapnya